Mimpiku ...

Menjadi apa adanya diriku ... Memberi yang terbaik dan terindah Tuk mereka yang tercinta

Thursday, March 22, 2007

Lentera di kaki bukit

Sederhana. Itulah kesan pertamaku saat bertemu beliau. Memakai stelan baju koko dan sarung, lengkap dengan peci, beliau duduk diantara kami. Ditangannya terselip sebatang rokok. Bau asapnya begitu khas, mengingatkanku pada mendiang mbah Kung yang dulu suka menghisap rokok jenis ini. Kalo istilah temen-temen SD ku dulu, namanya rokok thingwe alias nglinthing dhewe.
Awalnya tidak begitu bersemangat mendengarkan penuturannya. Namun ketika sampai pada kisah tentang perjuangan beliau dalam mendirikan pondok pesantren yang kami tempati saat itu, kesan biasa yang tadi ada, berubah menjadi sebuah kekaguman.
Ada banyak tantangan yang harus beliau hadapi saat pertama hendak membangun pesantren itu. Penolakan dari warga sekitar, ancaman dan ultimatum kerap beliau terima. Namun semua tak mampu menyurutkan langkah, justru semakin menambah semangat yang lebih besar dari sebelumnya.
"Jika mereka punya danrem, polsek, camat dan lainnya, maka kita punya ALLAH", ucap beliau mantap.
Sebuah pernyataan yang begitu menggetarkan. Wujud dari keyakinan pada Allah yang begitu kuat.
Lalu kisahpun berlanjut, menceritakan bagaimana upaya dan siasat yang beliau terapkan demi kelangsungan hidup pondok yang beliau asuh. Menyimak langkah-langkah yang beliau ambil, semakin membuat saya tertarik dengan kisah beliau. Solusi yang begitu cerdas, pikirku.
Tak disangka, dibalik kesederhanaan yang beliau tampilkan, ternyata terpendam ide-ide cemerlang, semangat juang yang begitu tinggi dan keberanian yang tak kenal surut.
Subhanallah ...
Di akhir prakatanya yang cukup panjang, beliau berpesan,
"Jika kalian ingin mendaki gunung tapi terhalang oleh parit, maka jangan berpikir bagaimana cara menutup parit, tapi berpikirlah bagaimana membuat jembatan untuk menyebrangi parit".

Semoga semangat yang dimiliki oleh pesantren beserta seluruh pirantinya, mampu menjadi lentera di dingin dan sunyinya Sawangan. Amin

Manusia yang aneh ...

Manusia itu aneh. Saking anehnya, jadi sulit dimengerti. Wajarlah, karena manusia mempunyai banyak sisi dalam dirinya. Terlalu banyak sisi. Ibarat lingkaran yang mempunyai sisi tak hingga banyaknya.
Untuk memahami satu sisi saja, perlu waktu yang tidak sebentar. Terlebih untuk memahami seluruh sisi yang ada pada manusia. Rasanya suatu hal yang mustahil.
Salah satu keanehan manusia adalah, dalam siatuasi yang berbeda, manusia bisa berubah menjadi sosok yang berbeda pula.
Satu waktu, seseorang bisa terlihat begitu tenang, tak banyak bicara, dewasa, tertutup, serius dan kalem. Tapi di waktu yang lain, bisa berubah menjadi begitu ramai, berceloteh riang tentang apa saja, kekanakan, ekspresif, humoris dan enerjik. Dua hal yang saling bertolak belakang berkumpul dalam satu wadah.
Split Personality ???
Wah ya nggak separah itu. Hanya saja, manusia memang dibekali kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang tengah dihadapinya.Manusia akan merespon setiap kondisi yang dialaminya, untuk kemudian memutuskan sikap seperti apa yang akan diambilnya dalam kondisi yang seperti itu. Inilah yang menjadikan berubahnya sikap seiring berubahnya kondisi. Tapi seringkali, hal ini cukup membingungkan, karena bisa jadi, sosok-sosok yang serasa sudah dikenal sedemikian rupa, tiba-tiba berubah menjadi sosok-sosok yang begitu asing seakan belum pernah mengenal sama sekali.
Yah, jadi berasa aneh aja.
Mungkin kita pernah merasakan keanehan itu, atau bahkan pernah or sering melakukan keanehan tersebut (aku banget T_T), sehingga orang lainpun merasa aneh dengan kita.
Wajar nggak sih hal seperti itu ???
Ujung-ujungnya malah mempertanyakan, sebenarnya, kita yang sebenar-benar kita tuh yang seperti apa ????
(Lho ?)


Lagi pengen nulis iseng aja

Thursday, March 15, 2007

Mimpi yang terwujudkan ^_^

Kemarin pas kuliah pagi, nemu Tarbawi yang tergeletak di lantai.
Wah edisi terbaru nih.
Waktu membaca judul-judul artikel yang dimuat edisi itu, eh tiba-tiba lihat berita yang cukup menarik.
Langsung deh, kubuka rubrik Perjalanan edisi itu.
Wuiiihhh seneng rasanya. Memang benar kata Pak Hasan. Mimpi hari ini, kenyataan esok hari.
Inget tulisan saya yang judulnya "Angkutan Merpati" ?
Ternyata keresahan itu tidak hanya dirasakan oleh saya pribadi, tapi juga oleh seorang ibu nun jauh di Pekan Baru, Riau sana. Bedanya, kalo saya masih pada tahap mimpi dan belum bisa merealisasikan, tapi kalo Ibu tersebut, Alhamdulillah, atas izin Allah, beliau mampu mewujudkan mimpi itu.
Yup, telah hadir di Pekan Baru dan pertama kali di Indonesia, Bis kota khusus wanita !!!!!
Namanya Bus kota Kartini. (Hmm, nama yang lebih bagus daripada usulan nama yang pernah kuusilkan, ^_^).
Subhanallah ...
Semoga bisnis berlatar dakwah ini mendapat berkah dari Allah, dan nantinya terobosan baru ini akan diikuti oleh daerah-daerah lain di Indonesia, tidak hanya di Pekan Baru. Sehingga kehormatan kaum wanita tetap terjaga dan kamipun bisa tenang dan nyaman melakukan perjalanan.

Matur nuwun Ibu, sudah mewujudkan mimpi saya dan mungkin juga mimpi jutaan wanita lainnya.

Hhhffff Cap ... e' deh !

Dini hari, alarm berbunyi.
Bangun mbak, sudah ditunggu sama Allah
'masih jam 3.30, bentar lagi ah'.

Saat-saat berkendara
'Aduh, nih Mbak pelan amat ya jalannya. Kalo mo jalan pelan-pelan, mbok ya agak minggiran dikit. Kalo gini kan jadi ga bisa lewat nih'.
Mmm nggak dengan menggerutu bisa kan mbak ? Toh dengan menggerutu juga tidak menyelesaikan masalah. Bersabarlah sebentar, tergesa-gesa itu tidak baik.

Ada yang ngebut ga aturan di jalan.
'Naik motornya biasa aja, napa mas ? Ini kan jalan umum. Toleran dikitlah ma yang lain'
Nah seperti itulah perasaan orang kalau ada yang ngebut di jalan. Berarti kalau mbak juga sering berkendara dengan kecepatan tinggi dan sering nyelip-nyelip ga karuan, begitulah kira-kira yang meresa rasakan.
.
Lihat sesuatu yang agak ganjil dan aneh di jalan
'Plis deh, norak banget lagi. Jadi aneh?!'
Ehmm, Tidak semua harus dikomentari kan Mbak ???

Ga sengaja ngeliat yang nggak seharusnya dilihat
Ups, istighfar mbak. GB dong !!!

Nggak jarang pikiran lari kemana-mana, keinget yang iya-iya
Stop. Daripada seperti itu, mending baca ma'tsurat or murajaah aja

'Makan or dhuha ya ???'
Dhuha dulu, makannya kan bisa nanti
'Tapi lapeeerrrr ... '
Hhffff ...

Adzan berkumandang.
Mbak, panggilan Allah sudah menggema
'iya, bentar. Lagi tanggung nih'

Di warnet.
mmm, kayaknya tadi tujuan awalnya kesini mo cari bahan deh, kok malah ngerjain yang lain ya?
'iya ...iya, habis ini deh'

Janjian ma orang
Ayo mbak, dah jam segini. Kasihan yang nunggu
'hmmm, telat bentar kan ga papa'

Ada kajian lho, ikutan yuukkk
'pengen sih, tapi lagi banyak kerjaan nih'.

Cucian sudah menumpuk. Lekas dicuci, nanti keburu nggak sempet
'Nanti-nanti aja deh'.

Jelang tidur
Muhasabah dulu mbak ...
'Aduh dah ngantuk, Besok ajalah'

Hffff, hari yang melelahkan. Mungkin, itu yang kan kita hadapi setiap harinya. Dorongan untuk melakukan kebaikan dan kemanfaatan serta godaan untuk kesia-siaan dan berlaku yang tak seharusnya, selalu bertarung dan saling mengalahkan dalam diri. Ya,
setiap saat, setiap waktu, kita akan mengalami pertarungan dalam diri kita. Pertarungan antara yang haq dan yang bathil. Pemenangnya, tergantung pada siapa yang kuat.

Ah, ...Hendak kemanakah kau kan menuju duhai diri.
Alangkah kasihannya, jika nantinya tiada bahagia yang bisa kau tuai disana
Betapa celakanya, bila akhirnya adzab, siksa dan nerakaNya menjadi akhir dari pengembaraanmu.
Robbiyyy, betapa susahnya mendidik diri dan nafsu ini.
Bantu hamba Ya Rabb ...
Didik hamba agar bisa menjadi hambaMu yang sebenar ...
Laa Haula Wa Laa Quwwata ila Billah .....

Privilege yang Menakjubkan

"Eh mbak, aku ada sesuatu yang menarik nih"
"Apaan ?"
"Ini, kemarin barusan dapet. Coba deh baca arti surat At Tholaq 2-5. Tak bacain aja ya ...".
"Apabila mereka telah menyelesaikan masa iddahnya, maka ........ dst".
Baru beberapa kalimat dibaca, sudah terdengar bisik-bisik dengan senyuman penuh arti diwajah mereka.
"Wuih, bahasanne tentang nikah euy, hehe", sebuah bisik lolos hingga tertangkap gendang telinga.

"Nah dah selesai. Bisa nebak nggak, kira-kira apa yang mo tak bagi dengan kalian ?".
"Mmm, apa ya ??? Mungkin anjuran untuk berbuat adil dalam berumahtangga", kakak kedua angkat bicara.
"Anu ... , hikmah adanya masa iddah. yang salah satunya adalah untuk mengantisipasi adanya janin dalam kandungan istri yang telah ditalak. Jadinya nanti tidak terjadi kekacauan nasab bagi bayi". Begitu komentar kakak ketiga.
"Mmm, begini ya. Mungkin secara umum ingin ditekankan akan pentingnya pernikahan, sehingga aturannyapun dibuat sedetail mungkin, bahkan hingga ke masalah talaq-rujuknya". Kakak pertama turut urun rembug dengan gayanya yang khas dan sok bijak (:p).
Si bungsu tersenyum mendengar komentar-komentar itu. Yah setiap orang kan punya penekanan masing-masing. Tapi kok ya, nggak ada yang sama dengan apa yang mo tak bagi ya ??? Jangankan sama, mirippun enggak, begitu pikir si bungsu.
"Baiklah. Karena semua sudah berkomentar, sekarang giliran aku ya ...".

Oooiii pembaca .... !!!
Dah pada dibaca belum suratnya ? Kira-kira hal apa yang ingin disampaikan si Bungsu ???
Mau tahu ???

Tenang, saya dah dapet bocoran nih dari si bungsu. Begini :
Yang ingin disampaikan adalah apa yang terdapat di bagian akhir tiap ayat. Disitu Allah menjanjikan enam hal bagi manusia. Dan 6 hal itu bukan sesuatu yang biasa-biasa saja tapi luar biasa.
Enam hal itu adalah
Pertama, Allah akan mengadakan baginya jalan keluar (2)
Kedua, Allah akan memberikan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka (3)
Ketiga, Allah akan mencukupkan keperluannya (3)
Keempat, Allah akan menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya (4)
Kelima, Allah akan menghapus kesalahannya (5)
Keenam, Allah akan melipatgandakan pahala baginya (5).
Nah,
enak banget kan ?! Saat lagi ruwet, diberi jalan keluar ma Allah. Lagi kesempitan rizki, diberi oleh Allah arah yang ngga' kita duga sama sekali. Pas nemu kesulitan, eh diberi kemudahan dari Allah. Dah gitu kesalahannya dihapus dan tiap berbuat amal dilipatgandakan pahalanya. Subhanallah ... kurang apa lagi coba. "
Tapi ... semua itu ngga' gratis. Yah, hare gene mo gratisan.
Tetep ada syarat yang kudu dipenuhi tuk bisa dapetin itu semua.
Dan syarat itu ialah TAQWA dan TAWAKKAL.
Definisi taqwa itu sendiri, bisa kita tengok dalam dialog Umar dengan salah seorang sahabat. Namanya ... agak lupa. Kalo nggak salah inget, Ubay bin Kaab or Kaab bin Malik, gitu. Nanti dicek lagi deh, kalo salah, ralatnya menyusul.
Jadi begini ... , suatu hari Umar bertanya pada sahabat tadi, 'Apakah taqwa itu ?'.
(Ini nih contoh pemimpin yang baik. Meski kedudukannya telah tinggi di atas, tapi tak segan untuk meminta nasihat dan bertanya pada orang lain).
Sahabat itu balik bertanya, 'Apa yang akan engkau lakukan saat berjalan melewati jalan yang licin, penuh lubang, lagi berduri ?'.
Apa hayoo ???
'Ya cari jalan yang lain dong, kok leh rekasa'. Kuwi rak jawabanmu :p
Kalo Umar
gini jawabnya ,
'Aku akan berhati-hati dalam melangkah'.
Maka sahabat tadi menjawab, 'Itulah taqwa'.

Nah, jadi seperti itu.
Diinterpretasikan sendiri-sendiri yah ... wis kesel je, hehe.
Intinya, kalo mo dapet privilege, ya kita juga harus istimewa dong. Buktikan kalo kita layak dapet bintang eh dapet keenam hal tadi.
Yup! Keep Istiqomah, Fastabiqul Khoirot !!!


tulisan yang agak aneh,
afwan T_T
Ambil yang kiranya bermanfaat
nuwun

Saturday, March 10, 2007

Jatuh ....

Pasti pernah dong ngalamin yang namanya jatuh. Rasanya sakit, badan jadi pegel semua, bahkan tak jarang sampai membuat luka dan mengeluarkan darah.
Akibat yang ditimbulkan oleh peristiwa jatuh ini akan semakin parah jika posisi kita berada jauh di ketinggian. Semua juga tahu, kalo jatuh itu ya ke bawah. Makanya, semakin tinggi keberadaan kita, resiko mengalami luka parah jika jatuh, akan semakin besar.

Begitupula dengan cita-cita, keinginan, harapan, impian, dan ... apapun itu namanya. Kita boleh punya cita-cita. Justru kita harus punya cita-cita, karena dengan adanya sesuatu yang ingin kita capai, akan semakin membuat kita lebih bersemangat dalam menjalani hidup. Bayangkan jika kita hidup tanpa ada tujuan. Pastinya hidup kita menjadi tidak terarah dan cenderung mengalami disorientasi. Ujung-ujungnya malah mempertanyakan fungsi hidup, buat apa sih kita hidup ? Nah lho ...
Karena itu, penting punya cita-cita. Kalo perlu seideal mungkin.
Tapi ya harus tetep realistis.
Terkadang, ketika kita sudah mempunyai ekspektasi yang lebih terhadap suatu hal, kita jadi semacam terobsesi dan tak jarang muncul statement ’pokoknya harus’ dalam diri kita. Inilah yang kemudian malah menjadikan beban. Ketika kemudian harapan itu tidak terpenuhi, muncul kekecewaan. Besarnya kadar kekecewaan ini berbanding lurus dengan besarnya ekspektasi yang kita miliki.
Semakin besar kita berharap, semakin kecewa pula kita. Analog dengan peristiwa jatuh tadi. Semakin tinggi kita terbang, maka akan semakin terasa sakit juga saat jatuhnya.

Nah, kekecewaan itulah yang bisa menimbulkan prasangka, mengundang ketidak ridhoan pada ketentuanNya dan akhirnya mutung sama Gusti Allah. Aduh, jangan sampe deh.

So, Optimis itu perlu, tapi kita juga harus tetep mempersiapkan diri untuk kemungkinan yang terburuk sekalipun. Wong yang dipersiapkan saja, kadang masih berat menerimanya kok, apalagi yang tidak dipersiapkan ?

Betul tidak ???

Friday, March 02, 2007

Amanah

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : X
Tempat/Tanggal Lahir : November 1990
Pekerjaan : Pelajar

Dengan ini menyatakan bahwa, jika nanti saya telah diberi sebuah mobil, saya akan :
1.
Setelah pulang sekolah, saya akan dan harus membantu orang tua di toko dan rumah.
2.
Jika pagi dan sore, saya harus mematikan dan menyalakan lampu serta mengunci pintu dan jendela.
3.
Bersedia dan siap dikursuskan apa saja untuk bekal hidup saya.
4.
Tidak akan melawan, menolak dan atau melangggar perintah, arahan dari orang tua.
5.
Belajar mulai dari pukul 7 malam sampai setengah 9 malam.
6.
Kamar tidur dan pakaian harus rapi, kotoran baju harus ditaruh di tempatnya.
7.
Menyetrika pakaian sendiri.
8.
Sabtu dan minggu pergi dengan izin orang tua.
9.
Tidak akan mengambil uang dan barang milik orang tua.
Apabila saya melanggar pernyataan yang telah saya perbuat ini, dengan penuh kesadaran dan keikhlasan saya bersedia untuk :
1.
Mobil diminta sampai batas waktu yang ditentukan.
2.
Menerima tindakan yang diberikan orang tua.
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sepenuh kesadaran dan tanpa adanya unsur paksaan, tekanan dari pihak manapun juga.

Saya yang menyatakan
X

Saksi :
1.
Pakde
2.
Sepupu
3.
Kakak, dan adik

Saat membaca surat pernyataan diatas, saya merasa geli. Surat pernyataan yang aneh, pikirku. Masa sih sama anak sendiri sampe segitunya.
Tapi setelah dipikir-pikir, keren juga tuh. Dengan dibuat surat pernyataan tertulis seperti itu, anak jadi merasa lebih bertanggungjawab terhadap amanah yang diberikan orangtua. Terlepas dari efektif atau tidaknya metode tersebut, paling tidak, hal itu bisa mengajarkan pada anak, bahwa untuk meraih apa yang kita inginkan, perlu perjuangan dan pengorbanan. Selain itu, juga dapat menanamkan nilai-nilai akan pentingnya menjaga amanah. Yang namanya amanah, sekecil apapun itu, dari siapapun itu, tetaplah itu sebuah amanah. Dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban baik oleh sesama manusia atau oleh Allah SWT.

Ah … jadi inget sama fasilitas-fasilitas yang selama ini diberikan ma ortu. Haidar (pengganti Azzam) - yang setia mengantar kemanapun aku pergi, Si biru Alif - yang berperan penting dalam memperlancar komunikasi dengan keluarga, saudara dan sahabat, Izzah – tempat mentransfer segala unek-unek di alam fikirku, si kecil Nadzif - yang selalu bersedia menampung dan membawa file-file ku kemanapun dia pergi , dan amanah-amanah lainnya yang tak bisa disebutkan satu per satu.
Sudahkah semua digunakan sesuai dengan yang diamanahkan ?
Semoga

What Should I do ???

Setiap kali menyusuri jalan, dimanapun itu, baik dengan kendaraan ataupun jalan kaki, sering terjadi, tatap ini tertumbuk pada satu objek yang begitu menyentuh. Entah itu pada penjaja barang di pinggir jalan, Bapak tukang becak yang tengah menerawang, anak-anak kecil yang mengiringi laju bis kota dengan parau suaranya, dan masih banyak lagi. Lalu, pikiran dan rasa ini larut dalam dunia mereka. Mengandaikan diri berada dalam posisi mereka untuk sekedar mencari tahu dan menerka-nerka apa yang tengah mereka rasakan dan mereka pikirkan saat itu.
Pada akhirnya, semua pengembaraan itu bermuara pada satu tanya.
”Apa yang bisa kulakukan untuk mereka ?”
Beberapa waktu terakhir, dalam beberapa forum yang saya ikuti, disana membahas tentang kondisi sekitar kita, khususnya di negeri ini. Beberapa teman mengemukakan data dan fakta, yang semua menyuarakan keprihatinan.
Bagaimana sebuah negara dengan kekayaan alam yang melimpah ruah, ternyata masih ada rakyatnya yang terkena gizi buruk, busung lapar, kwarshiorkor, dan sejenisnya. Di negeri yang terkenal dengan toleransi dan tepo selironya, ternyata masih ada juga yang merasakan bagaimana susahnya mendapatkan obat dan pedihnya ditolak di 8 rumah sakit hanya karena ketiadaan biaya. Ada pula yang harus rela berpisah dengan bayi yang baru saja dilahirkannya, pun karena rupiah yang dikumpulkan dengan ’setengah hidup’, masih tetap tidak cukup untuk menebus biaya persalinan. Di negeri yang katanya berbasis agraris ini, ternyata masih ada rakyatnya yang harus antri dan berebut hanya untuk mendapatkan sekilo dua kilo beras. Sementara di sisi lain, ada orang yang satu porsi makannya seharga 200-300 ribu, hanya untuk sekali makan !
Masih di negeri ini, ada seorang bapak, yang dalam kebingungan, berjalan berkilo-kilo jauhnya dengan menggendong putri kecilnya yang sudah tidak bernyawa. Satu tanya berbaur dalam kepedihan yang dirasakannya, hendak dimana dikebumikan jasad anaknya, sedangkan dalam sakunya hanya terdapat 3 lembar ribuan, yang itu tidak cukup membayar biaya pemakaman anaknya. Di tempat lain, seorang anak SD nekat melakukan percobaan bunuh diri, karena uang Rp. 2500 yang diminta, tidak dipenuhi oleh orang tuanya. Bukan karena tidak mau, tapi sungguh, karena orang tuanya benar-benar tidak mempunyai uang sebanyak yang diminta oleh anaknya.
Dan ... masih banyak lagi, kisah-kisah memilukan bertebaran di negeri zamrud khatulistiwa ini.
Lalu, apakah semua ini hanya berhenti sebatas kisah dan keprihatinan saja ?
Apakah dengan dikisahkan, kemiskinan dan kesenjangan di sekitar kita akan teratasi ?
Apakah hanya dengan keprihatinan, lalu keadaan negeri ini akan membaik ?
Tidakkah ada satu tindakan nyata yang dapat kita lakukan untuk mengatasi masalah ini ?

Beberapa teman kemudian menawarkan solusi.
Pertama, membangun optimisme dan melakukan sebuah revolusi kesadaran tidak hanya pada pribadi, tapi juga secara kolektif. Sadar diri, sadar kondisi, sadar lingkungan, sadar pangan dan sadar untuk hal-hal lainnya.
Kedua, membekali diri dengan ilmu dan menyadarkan lingkungan sekitar akan pentingnya ilmu. Kalo mampu, memperbaiki sistem pendidikan yang ada, supaya biaya pendidikan murah dan bisa merata ke seluruh lapisan masyarakat, sehingga rakyat menjadi cerdas, inovatif, kreatif dan tidak mudah dibohongi ataupun diperalat.
Ketiga, melakukan pembinaan diri, lingkungan dan masyarakat, dalam bidang keagamaan yang dilakukan secara intensif.
Keempat, membiasakan diri dan lingkungan untuk berzakat. Seandainya semua masyarakat mengerti, paham dan mau berzakat, maka kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, Insya Allah akan bisa terwujud.

Ya, ternyata ada banyak hal yang bisa kita lakukan. Tentunya, tidak terbatas pada keempat hal itu saja, tapi masih dan masih banyak lagi cara yang sebenarnya bisa kita lakukan. Semoga, ini tidak hanya sekedar menjadi wacana ataupun tulisan tanpa makna. Karena satu aksi nyata, jauh lebih bermakna daripada jutaan kata-kata.

Jadi teringat pesan 3M-nya Aa’ Gym. Mulai dari diri sendiri, mulai dari hal kecil, dan mulai dari sekarang.

: mEl
Tetap semangat, menebar kebaikan !!!

Februari di 2007

Masih saja nyanyian duka disenandungkan di bulan ini.
Pertama, Jakarta banjir !!!
Sebenarnya sih ini lagu lama. Sudah biasa gitu. Tapi kali ini lain. Hampir 70% ibukota terendam air !!! tingginyapun ada yang sampai mencapai 4 meter !!!
Jadi seperti danau lah.
Bisa jadi beberapa puluh tahun mendatang, jogja juga bisa kena banjir tuh. Wong sekarang aja, baru hujan sebentar dan tidak terlalu deras, air sudah menggenang dimana-mana. Dari pengalaman menerobos hujan selama ini, ada beberapa bagian ruas jalan di jogja yang rawan genangan air kala hujan. Antara lain, di perempatan Depok, deket MM (jadi kalo lewat sana pas lagi ujan agak deres gitu, siap-siap aja kena macet), trus, beberapa bagian di Jalan Gejayan, depan RS Internasionalnya UII, depan UPN dan Amikom, daerah sekitar Babarsari, Timoho, depan Janabadra, Jalan Laksda Adi Sutcipto, sekitar pasar Kotagede, dan deket Pasar Telo.
Kalo hujan turun deras, maka jalan-jalan di atas langsung tertutup air, sampai ga kelihatan aspalnya. Serasa naik kendaraan di sungai. Mana kadang arusnya deres lagi. Dah gitu, tiap dilewati kendaraan yang agak kenceng dikit, airnya muncrat kemana-mana. Jadi dalam kondisi seperti itu, kita terpaksa memuncrati orang dan juga harus rela dimuncrati orang.
Kalo dirasa-rasakan seru juga lho. Jadi kayak mainan air, hehe.
Masalah ini bukan masalah sepele, karena jika tidak segera diantisipasi, ya kejadian yang menimpa Jakarta, bisa juga menimpa jogja.
Na’udzubillahi min dzalik. Moga aja nggak deh.
Tapi kalo dipikir, semua itu pasti ada sebabnya. Bisa jadi, pembangunan yang tidak memperhatikan AMDAL dan tidak diselaraskan dengan alam, menjadi salah satu pemicunya. Ujung-ujungnya, manusia sendiri yang menuai akibatnya.

Kedua, Harga beras naik sampai mencapai Rp 6000- 7500/kg. Saking mahalnya, ada beberapa warga yang kembali mengkonsumsi gaplek, thiwul dan nasi jagung. Pasokan beras menipis, sehingga terjadi antri beras di beberapa tempat. Entah beneran nggak ada atau karena ada yang menimbun. Ups kok jadi su’udzon. Yang jelas, Indonesia terancam impor beras !
Miris tenan. Negara agraris kok impor beras.

Ketiga, Israel kembali berulah. Mereka membuat terowongan di bawah pintu Maghribah. Alasannya sih untuk mencari situs peninggalan Yahudi yang tertimbun di bawah Al Aqsa. Tapi ya, semua juga sudah tahu, sejauh mana mereka bisa dipercaya. Beberapa negara mulai melancarkan aksi protes. Indonesia dan Jogja kok sepi ya ???

Keempat, ”Bang Adam jatuh lagi”. Begitu kata temen saya.
Yup, Pesawat Adam Air tergelincir hingga menyebabkan lambung pesawat retak. Alhamdulillah tidak ada korban jiwa, tapi terdapat banyak korban trauma.
Peristiwa ini mengakibatkan Adam Air dilarang beroperasi untuk waktu yang tidak ditentukan.

Keenam, Kapal Levina terbakar. Banyak korban yang belum ditemukan. Saat bangkai kapal tenggelam, kembali memakan korban, antara lain dari pihak TNI dan wartawan.

Ketujuh, di Jogja terjadi angin puting beliung. Kaget juga dengernya. Nggak tanggung-tanggung, angin itu merusakkan banyak rumah, menerbangkan atap dan genting, menumbangkan pohon dan tiang listrik. Terjadi di daerah sekitar Mandala Krida, jalan Gayam, dan Lempuyangan. Cukup parah juga. Alhamdulillah, tidak ada korban jiwa.

Ternyata kesabaran kita masih harus terus kita pupuk. Tanpa kesabaran, mustahil kita bisa bertahan terhadap ini semua.

La Tahzan ... Innallaha ma’ana