Mimpiku ...

Menjadi apa adanya diriku ... Memberi yang terbaik dan terindah Tuk mereka yang tercinta

Friday, December 22, 2006

Mari sayangi Ibu ...

"Bu, met hari Ibu"
Terbata ku eja kata itu. Dan tak lama sesudah itu, butir-butir air mulai meluncur memenuhi mataku.
Upss, padahal tadi niatnya ga mau nangis, eee tapi ternyata ga bisa nahan juga.
Jadi speechless nih. Sebenarnya banyak yang pengen diungkapin, tapi ga mampu keluar.
Pengen bilang makasiiiiihhhh yang tak terhingga atas semua yang telah beliau lakukan untukku, pengen minta maaf, karena selalu ngrepotin terus dan kadang membuat kecewa. Pengen minta maaf juga kalau sampai sekarang belum bisa membahagiakan dan belum bisa menjadi seperti yang diharapkan. Dan yang terutama, pengen banget bilang, kalo aku saya........ngggg bangettt sama ibu, tapi yang ada malah nangisnya tambah kenceng, T_T.
Di seberang ... ibu hanya terdiam, entah apa yang dalam benak beliau. Kaget mungkin, karena dalam kultur lingkungan kami, mengungkapkan sayang tuh bukan hal yang biasa. Mungkin aku yang terlalu ekspresif atau terlalu mendramatisir. Tapi kalau menurutku, sayang itu ya harus diungkapkan, wong Rasulullah juga menganjurkan kok (Tentunya dalam konteks dengan orang-orang yang dibolehkan lho ya, ex: ortu, kakak, adik, sahabat yang sesama jenis, dan semacamnya). Memang sih, ga diungkapkan juga sudah pada tahu, kalo seorang anak pastilah menyayangi orang tuanya. Tapi tetep ada rasa dan nuansa yang berbeda ketika itu diungkapkan, baik dengan kata-kata, maupun dengan sikap.
Sekarang ini, orang cenderung malu untuk mengungkapkan sayangnya pada orang tua. Sebagian malah begitu bangganya memperlihatkan sayangnya kepada 'temannya' yang tidak termasuk daftar orang yang dibolehkan di atas, sedang kalo sama orang tua, cium pipi aja jarang. Coba deh itung, segedhe ini, berapa kali kita mencium ibu kita (nah lho, berapa coba ???). Jangankan nyium pipi, wong cium tangan aja jarang banget.
Coba deh bayangkan gimana rasa haru dan bahagianya seorang ibu ketika anaknya mengatakan "Ibu, aku menyayangimu", atau memberikan bingkisan kecil untuk ibu sebagai tada sayang kita. Wuiihh ga kebayang deh, pasti bahagia banget (calon ibu juga nih, jadi bisa ikut merasakan). Dan tentunya ibu kita akan semakin sayang pada kita. Jika sudah sayang, ridho dan doapun akan terus, dan teruus, dan teruuus mengalir untuk kita. Ingat bahwa ridho Allah, ada pada ridho kedua orang tua.
So, mari sayangi Ibu ..... karena kita ga tahu, berapa lama waktu yang dapat kita lewati, dengan ibu berada disisi kita


untuk ibu yang separuh jiwaku ada padanya
Luv u Mom ^_^

Wednesday, November 29, 2006

Just a Little Thing

Kisah pertama
Suasana bus yang penuh sesak, mengharuskanku untuk berdiri berdesakan dengan penumpang bus lainnya. Barang bawaan yang cukup banyak-tas ransel yang penuh, tas jinjing berisi buku di tangan kiri, dan tas plastik hitam berisi buah mangga hasil pekarangan rumah di tangan kanan-membuatku kerepotan. Terlebih dengan rute wonosari-Jogja yang “keren abizz”, membuatku harus terus berpegangan pada sandaran kursi atau plang besi yang melintang di atas, jika tidak ingin terbanting ke kanan-kiri-depan-belakang.
Kuputuskan untuk meletakkan plastic berisi mangga di lantai bus, supaya aku dapat berpegangan. Kutaruh ia didekat kakiku, Biar nanti mudah mengambilnya.
Akupun tak lagi memikirkan bagaimana nasibnya. Kurasa, dia akan aman-aman saja berada di dekat kakiku.
Namun, ketika hendak turun dan mengambil mangga, Lho …???!!! Plastik hitamku sudah raib! Wah, pasti “Ngglindhing” saat melewati jalan berkelok tadi.
Yah … sudahlah, mungkin memang bukan rizkiku.
Bagiku, itu bukan masalah yang berarti.
Tapi ternyata, tidak bagi orang tuaku. Setelah kuceritakan kejadian itu, mereka jadi menganggapku anak yang ceroboh (pancen ! he ..). Dan setiap kali membawa sesuatu, apalagi untuk sesuatu yang penting, pasti disuruh memasukkan ke dalam tas dan di wanti-wanti untuk hati-hati.
Mengko ndhak ilang maneh koyo peleme kae”, kata Bapak.
Walah .. walah .., wong mangga dah hilang kok ya masih diungkit-ungkit.

Kisah kedua
Saat awal-awal bisa naik motor, aku di minta nganter ibu pergi ke pasar. Dengan masih sedikit kaku, kukendarai motor dengan pelan. Alhamdulillah, sampai di pasar dengan selamat. Ada rasa puas, saat bisa menjalankan tugas dengan baik.
Nah, saatnya untuk pulang. Dengan rasa percaya diri, kulajukan motor dengan kecepatan tinggi (Baca : 50 km/jam, ^_^. Bagi pemula, rasanya itu sudah kenceng banget, lho !)
Inginnya sih menunjukkan, kalo aku emang dah bisa naik motor gitu.
Motor masih melaju dengan kecepatan tinggi (ya 50km/jam itu tadi).
Ah rumah kan masih jauh, diremnya nanti aja, kalo dah deket rumah, pikirku.
Tapi, lho .. lho … kok dah sampe depan rumah. Walah, kebablasan nih, langsung kuinjak remnya. Ibuku dah panik.
Tetanggaku yang ngelihat juga udah ketawa-tawa, gitu. Aku mah ketawa juga, geli dengan ulahku sendiri. Konyol banget sih.
Dampak dari kejadian itu, aku jadi tidak dipercaya untuk bawa motor, sehingga tiap kali mo pake motor, selalu tidak direstui.
Halah, wong dari pasar ke rumah aja kebablasan kok, mo bawa motor
Tuing … dah ga bisa komentar apa-apa lagi. Lha memang kenyataannya begitu.


Terkadang, persepsi orang tentang kita, dibangun dari hal-hal kecil, yang mungkin bagi kita sendiri itu bukan suatu hal yang penting. Tapi ternyata bagi orang lain, itu justru menunjukkan siapa dan bagaimana kita sebenarnya.
Dan sekali seseorang mempunyai persepsi yang buruk terhadap kita, maka selamanya orang akan menganggap kita seperti itu. Kecuali jika kita bisa menunjukkan dan membuktikan, bahwa kita tidak seperti apa yang mereka persepsikan. Dan untuk itu, butuh waktu, ketelatenan dan kesabaran.
Wallahu a’lam

Nah Lho ...

Suatu sore, saat tengah bertandang ke rumah teman, tiba-tiba teman saya tadi bertanya,
“Eh, kalo tiba-tiba ada yang ngajakin kamu nikah gimana ?”
Wuits !!! Kaget aku, kok langsung nodong gitu tanyanya. Mo curhat nih ceritanya ?! OK deh.
Langsung aja kujawab pertanyaan analogi itu.
“Yo tergantung dirimu, dah siap belum. Kalo dirimu dah siap ya bla bla bla”, aku ngomong panjang lebar, mencoba ngasih pandangan sesuai dengan apa yang kutahu dan kupahami selama ini. Jadinya ya, sok tahu banget gitu, wong ya sama-sama belum pernah ngalami. Sampe sama temenku dikomentari, “kowe ki koyo wong tuwo wae”, Hehe …
Ga lama setelah itu, saya silaturrahim ke temen yang lain. Sebelumnya memang sudah janjian terlebih dahulu. “Aku mo cerita”, katanya lewat SMS. Wuih laris manis.
Tahukah Anda, apakah ceritanya ?
Hampir sama dengan cerita teman yang pertama. Mirip banget. Saya sampe geleng-geleng kepala dan senyum- senyum sendiri. Subhanallah …
Masa dalam waktu kurang dari setengah sehari, ada dua orang bercerita yang sama. Mau ga mau jadi bertanya-tanya dalam hati, Apa yang ingin Kau sampaikan padaku dengan peristiwa ini Ya Rabb ??? (Ternyata …)
Akhirnya kami malah berdiskusi tentang menikah dan segala permasalahannya. Cukup seru juga, jadi dapet pengetahuan baru nih.
Keesokan harinya, saya silaturrahim ke rumah dua orang sahabat yang lain di daerah Bantul dan Magelang. Lagi-lagi yang dijadikan topik pembicaraan adalah masalah NIKAH !!!
Allah Kariim. Nih anak, dah pada mo nikah semua kali ya, kok nikah melulu yang diobrolin, batinku. Aku sampe kenyang. Asli !
Tapi yah, aku bisa maklum, wong yo wis wayahe.
Membicarakan persoalan nikah, dalam tataran teori memang mudah.
Nikah tuh harusnya begini, prosesnya baiknya begitu, walimahannya hendaknya beginu dan sebagainya. Itu idealnya.
Tapi ketika mulai melangkah ke tataran praktis, Upss, teorinya mental semua.
Baru seperempat langkah aja, dah gedubrakan nyari referensi yang shahih.
Nikah memang bukan masalah yang mudah, karena nikah tidak hanya menyatukan dua insan tapi menyatukan dua kehidupan, begitu kata temenku.
Makanya dari sekarang perlu dipersiapkan segala sesuatunya. Ya maknawiyahnya, ya kafaahnya (terutama masalah kerumahtanggaan), ya mental psikologinya, ya finansialnya, ya komunikasi dan pewacanaan kepada ortunya, pokoknya banyak hal.
Jadi ya, jangan cuma pengen thok, tanpa kemudian diiringi dengan upaya-upaya persiapan yang matang.
Jangan sampai terjadi, saat dah pengen banget, doanya juga dah kenceng, eee pas gilirannya datang, nyalinya menciut gara-gara sadar bahwa banyak hal yang belum dipersiapkan.

Nah lho ?!

Wednesday, November 22, 2006

Being An Aunty

“Ass. Ponakanmu wis lahir, wedok, 2900gram, mau jam 16”.
Pesan singkat itu kuterima di suatu senja hari ke-16 bulan ini.
Subhanallah, Wa Alhamdulillah wa Laailaha ilallah Allahu Akbar …
Ungkapan syukur dan bahagia, spontan terucap.
Akhirnya keluar juga si Dede, setelah mundur 5 hari dari HPL yang ditentukan.
Saat memandang wajah imut kecilnya, kaki kecilnya, tangan kecilnya, hidung kecilnya, semuanya serba kecil ! Begitu lucu dan menggemaskan.

Subhanallah … ga kebayang rasanya. Ada bahagia, haru … wah pokoknya Luar biasa deh, jadi speachless nih.
Subhanallah … Subhanallah … Ar Rahmaan, Ar Rahiim, Al Mushawwir.
Sebuah keajaiban kecil, bukti keMaha Kuasa-anNya

Oya, rencananya si dede kecil mo dinamain Aika Qathrunnada.
Nama yang aneh, pikirku ^_^. Kedengarannya seperti grup nasyid ?
"mungkin lama-lama jadi kedengaran bagus kali ya ?!" Komentar eyang Uti nya (Maksude ????).
Kata Abinya, Aika itu artinya pohon yang lebat, sedang Qathrunnada artinya setetes embun penyejuk. Harapannya, kelak dia bisa jadi embun penyejuk bagi agama, ummat dan orang-orang disekitarnya.
Yup! Paling tidak, saat ini, kehadirannya telah mampu menjadi embun penyejuk bagi Aunty-nya yang tengah dilanda kebingungan, kebimbangan dan kegalauan yang sejak seminggu terakhir ini terus menggelayut T_T.
Anyway, selamat datang dede kecilku …
Semoga jadi anak yang sholihah, yang mempu menjadi penyejuk mata bagi kedua orang tuanya. Aamin.

Waaaaah dah jadi Aunty nih sekarang …. Cenengna !!! ^_^

Thursday, November 16, 2006

Memahami hidup

Akhirnya bisa posting lagi, setelah beberapa waktu kemarin sempat vakum karena libur ramadhan dan disibukkan dengan midterm. Alhamdulillah midnya dah kelar, semoga hasilnya bagus deh. Aamin.
Ngomong-ngomong soal kuliah, jadi inget celetukan seorang sodara,
"Hari gini masih kuliah ...", aku sih nyengir aja ndengernya.
"Yo ben, kan istiqomah, huehehe", jawabku asal. Penggunaan kata istiqomah yang tidak pada tempatnya. jangan ditiru ya ^_^.
Tapi memang sekarang lagi belajar istiqomah kok. Dan ternyata super duper berat. Perlu sebuah azzam untuk bisa istiqomah. Namun seberat apapun itu, tetap harus dijalani, karena untuk dapat melanjutkan ke fase berikutnya, harus berhasil melewati fase ini dulu, so, mau tidak mau ya harus dijalani.
Yah ... masa kuliah ini memang benar-benar masa yang luar biasa. Satu masa pembentukan karakter dan pencarian jati diri. Banyak sekali ibroh yang dapat diambil.

Di tahun pertama aku belajar memahami arti perbedaan. Ternyata di dunia ini ada begitu banyak warna dan itu bukanlah hal yang harus dipermasalahkan. Perbedaan adalah keniscayaan, sehingga perlu kebijaksanaan untuk menyikapinya. Satu hal yang berusaha kutanamkan dalam diri, bahwa perbedaan, bukanlah alasan untuk sebuah perpecahan, dan bukanlah hambatan untuk sebuah persaudaraan. Bukankah dengan adanya banyak warna, dunia akan semakin semarak ?


Tahun kedua aku belajar memaknai arti kehilangan dan persahabatan. Sungguh, kita tak akan pernah tahu apa yang kita punyai, sebelum kita kehilangan. So, jangan menunda tuk berbagi cinta kepada orang-orang disekeliling Anda, sebelum akhirnya mereka pergi, dan tak ada akan lagi kesempatan bagi kita tuk mengungkapkan pada mereka, betapa berarti dan berharganya mereka bagi hidup kita.

Paruh kedua tahun ini, aku belajar untuk berani mengambil sikap, meski cenderung nekat dan tanpa perhitungan. Niatnya sih pengen nunjukin kalo dah dewasa, tapi ternyata justru semakin menunjukkan kalo aku masih kekanakan banget. Ngambil keputusan penting dalam hidup, tanpa pertimbangan siapapun !!! (Pancen nekat tenan bocah iki !). Akhirnya malah membuat kesalahan yang cukup fatal dan berdampak sampai saat ini. Tapi justru dengan itu, aku memetik satu pelajaran, bahwa berbuat salah itu bukan suatu kesalahan, karena dengan berbuat salah, kita jadi bisa belajar dari kesalahan kita, yang mungkin tidak akan kita dapatkan jika kita tidak berbuat salah. Nah lho, bingung kan ? Intinya, jangan takut untuk melangkah, jangan takut gagal, jangan takut dinilai dan jangan takut untuk berbuat salah.

Tahun ketiga, aku belajar untuk menerima kekalahan. Yah ... tidak semua keinginan harus terpenuhi. Apa yang telah Allah beri, tidak akan luput dari kita, dan apa yang telah Allah tahan, maka tidak akan sampai kepada kita. Terkadang, hidup memang sulit untuk dapat dimengerti. Tapi satu yang harus tetap kita pegang, selalu berkhusnudzon atas setiap ketentuan Allah dan yakin akan keMaha Adil-an Allah. Yakin, Allah tak akan pernah mendzolimi hambaNya. Lagipula, apa yang kita anggap baik, belum tentu baik di sisi Allah. Aku yakin, Allah pasti punya rencana yang indah bertabur hikmah di balik setiap peristiwa yang kita alami.

Paruh kedua di tahun ketiga, aku belajar akan makna dan arti keberartian diri. Bahwa ketika eksistensi kita di dunia ini tidak mampu untuk memberikan 'sesuatu' terhadap hidup dan kehidupan yang dianugrahkan pada kita, maka sia-sialah adanya kita.
"Khoirunnas, anfa'uhum linnas", sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya.
Satu kalimat yang selalu memompakan semangat di dalam jiwa untuk selalu berbuat dan terus berbuat, untuk memberikan apa yang diri mampu bagi kemanfaatan sesama, hatta itu hanya seulas senyum atau menampakkan wajah yang cerah.(Sampai dikira kagak pernah punya masalah, padahal ya bertumpuk-tumpuk).

Tahun keempat, aku belajar untuk survive. Yup, bertahan di atas semua yang telah digariskan untukku. Bagi seorang ksatria, tidak ada kata menyerah dan putus asa dalam hidupnya. Yang ada hanyalah keyakinan untuk tetap bertahan dan terus berjuang dengan segenap jiwa dan raga, cieee. Yah, begitulah. Ayo semangKa ... SemangKa ... ( SEMANGat seKAli maksudnya ).


Kini ... , aku tengah belajar mencintai. Ya ... mencintai segala hal yang kudapatkan. Mencintai diriku dengan segala kekurangannya, mencintai bidang studiku dengan segala kerumitannya, dan mencintai hidupku dengan segala lika-likunya. Tanpa kusadari, semua merupakan anugrah terindah yang pernah kumiliki.


Yup! saatnya meniti hari bersama Pearson, Rao, Erlang, Liliefors, Smirnov, Wallis dkk. Serta berusaha memahami arti kehadiran multikolinearitas, autokorelasi, memoryless Property dan homoskedastisitas dalam hidupku. (Apa coba?!)


Thank You Allah, for all the best thing i have

Tuesday, October 03, 2006

Just Be Ur Self

Pernah ga, kepikiran untuk jadi orang lain ?
Pengen jadi si A yang IPKnya bagus dan lulusnya cepet, pengen jadi si B yang kerjanya enak dan gajinya banyak, pengen jadi si C yang keluarganya bahagia, pengen jadi si D yang wajahnya cakep, pengen jadi si E, dst, dst, sampe pengen jadi si Z.
Yah, begitulah, terkadang rumput di pekarangan tetangga kelihatan lebih hijau dan lebih subur dari pekarangan kita (ya jelaslah, wong pekarangan rumah kita sudah dipasang konblok,:p). Artinya keadaan orang lain selalu terlihat lebih baik dari keadaan kita.
Sebenarnya, apa sih yang kita cari dalam hidup ini ?

Harta ?
Bukankah masing-masing kita adalah orang kaya ? Sangat kaya, malah. Nggak percaya ? Mo bukti ? Silahkan jual salah satu bagian tubuh kita, ginjal misalnya. Pasti harganya amat sangat mahal. Itu baru satu bagian saja. Coba lihat diri kita seluruhnya. Betapa kayanya kita jika semua anggota badan kita dinilai dengan rupiah. Semuanya. Dari ujung rambut hingga ujung kaki. Tak terbayangkan. Ternyata kita adalah orang-orang kaya. Namun sayangnya, hanya sedikit yang menyadarinya.

Kedudukan ?
Bukankah kita adalah makhluk yang paling sempurna diantara makhluk-makkhluk ciptaan Allah lainnya ? Bukankah manusia diciptakan dalam sebaik-baik bentuk ? Bukankah manusia telah dibekali Akal dan hati yang itu tidak diberikan kepada makhluk lainnya ?
Manusia telah diberi kedudukan yang mulia oleh Allah, namun anehnya kebanyakan manusia justru menukar kemuliaan itu dengan kehinaan.

Kebahagiaan ?
Kebahagiaan seperti apa yang dimaksud ?
Kita bisa hidup dengan anggota badan yang lengkap, dalam keadaan sehat, bukankah itu suatu kebahagiaan ?
Bahagia itu ada dimana-mana. Bahkan, bahagia itu ada di dalam hati kita, namun kita tidak pernah mempedulikannya. Mungkin juga bahagia itu berterbangan di sekeliling kita, namun kita terlalu acuh untuk menikmatinya.*

Setiap kita, sudah ada jalan dan perannya masing-masing. Dan inilah jalan yang disuratkan untuk kita. Inilah peran yang harus kita jalankan. So, jalani peran kita dengan sebaik-baiknya. Ingat, bahwa bukan hasil yang akan dilihatNya, tetapi proses dan usaha kita yang akan dinilaiNya.

Jadi, jangan pernah berharap untuk menjadi orang lain, seburuk apapun kondisi kita. Karena bagaimanapun keadaan kita, yakinlah itu adalah yang terbaik bagi kita.

Don’t you ever wish
You were someone else
You were meant tobe
The way you are exactly

Don’t you ever say
You don’t like the way you are
When you learn to love your self
You’d better of by far **


* : Di ambil dari Kekuatan Cintanya Irfan Toni Herlambang. Buku penumbuh motivasi yang Oke bgttt

** : Senandungnya Om Joe Mc Intyre. Populer pas jamannya aku mo masuk SMU dulu, saat-saat mengawali perjalanan panjang nan penuh dengan petualangan seru di kota jogja tercinta ini

Tentang KKN (lagi)

Dalam sebuah obrolan ringan, seorang saudara pernah berkata yang intinya begini, “ah, KKN tuh sebenarnya nggak perlu. Lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya”.
Yah, wallahu a’lam. Sebenarnya kan tujuan awal KKN tuh baik. Sebagai sarana agar para mahasiswa yang dalam kesehariannya berkutat dengan rumus dan dunia kampus, mulai belajar untuk terjun langsung ke masyarakat, supaya kelak, ketika memang harus menjadi bagian dari masyarakat, tidak lagi merasa kagok. Tapi dalam prakteknya, tujuan itu tidak, atau lebih tepatnya, kurang berhasil.
Tanya kenapa ?
Ada banyak faktor. Bisa jadi dari sistem pengelolaannya atau dari sisi mahasiswa itu sendiri yang hanya menganggap KKN sebagai salah satu mata kuliah wajib yang harus dipenuhi sebagai syarat kelulusan, tanpa kemudian memahami esensi yang ingin ditekankan lewat KKN ini.
Sedikit ingin berbagi pengalaman KKN-ku (ndek jamanku KKN mbiyen ^_^).
Pada awal-awal masa KKN, ada kebingungan yang dirasakan oleh hampir semua anggota unit, aku mo ngapain ya ??? Padahal sebenarnya, kalo mau membuka mata lebar-lebar dan mau sedikit memeras pikiran dan tenaga, ada banyak hal yang bisa dilakukan. Bantu bersih puing, misalnya, soasialisasi or kenalan dengan warga atau lainnya. Cuma, mungkin karena masih shock dengan kondisi yang ada, atau juga karena masih merasa ’asing’, akhirnya ya itu tadi, malah bingung apa yang mesti dilakuin. Istilah kerennya, kami mengalami disorientasi. Sampe2 ada satu pertanyaan yang mengusik hatiku (ciee ..). Apa yang sudah aku karyakan disini ?? Kok rasanya ada or ga ada kami, nggak ada pengaruhnya sama sekali. Kalo gitu, njuk kita disini tu ngapain ??? Sedih juga sih. Untungnya masa disorientasi ini tidak terlalu lama. Setelah bisa beradaptasi, dan program kerja telah disusun, kerjapun dimulai. Yup !!! Ayo semangat ... semangat !!!
Ternyata butuh banyak ketrampilan untuk bisa diterima di masyarakat. Yah minimal ketrampilan berkomunikasi. Bahkan itu merupakan modal dasar dalam melakukan interaksi. Dan untuk itu perlu banyak belajar dan latihan.
Dalam proses pembelajaran ini, banyak suka duka yang dirasakan. Dukanya nih ya, pernah di’ceramahin’ sama bapak pimpinan relawan lain, sampe akhirnya kita mutung, hehe ..., trus dicuekin dan disinisin sama salah seorang warga (ibu-ibu nih ceritanya), gara-garanya tanpa sadar kami tlah menyinggung perasaan beliau,trus lagi permintaan warga yang aneh-aneh (bayangin aja, pas ditanya kebutuhan yang mendesak untuk saat ini apa, eh jawabnya masa rice cooker, TV, tape, de el el. Yang bener aja bu), yah begitulah. Kalo dirasa-rasain sih ’makan ati’ juga, kadang bikin emosi. Tapi yah diambil sisi positifnya aja. Saya pernah dinasehati seorang saudara, bahwa dalam segala hal, kita harus berpikir secara holistik ?
Apakah itu ?
Kata beliau, berpikir secara holistik adalah berpikir secara menyeluruh, melihat dari berbagai sisi, dan mempertimbangkan dari berbagai sudut pandang. Begitu katanya.
Begitupula dalam hal menyikapi segala ketentuan yang terjadi pada diri kita.
Misalnya saja, ada orang yang mengkritik sikap adik kita. Jika dilihat dari satu sisi, bisa muncul sikap kesel, marah or nggrundel dalam hati ‘Ini siapa sih, sok banget, emangnya adiknya dah baik apa kok ngurusin adik orang, wong adik saya sudah kurus kok masih dikurusin ?’ (nah lho, jayusnya keluar). Tapi kalau kita mau melihat di sisi lain, anggap saja itu sebagai bentuk perhatian orang tadi terhadap adik kita. Kita kan jadi mikir nih, Wong orang lain saja peduli sama adik kita, harusnya, kita yang kakaknya sendiri, lebih peduli lagi.
Yah pokoknya seperti itulah. Selalulah berpikir positif. Soalnya kalo kita melihat yang negatif terus, kita sendiri yang capek.
Dari pengalaman-pengalaman yang kurang enak itu, aku jadi nyadar, beginilah bermasyarakat. Harus siap mental. Apalagi kalo kita beda dikiit aja, pasti dah diomongin orang. Memang begitulah kultur masyarakat kita. Masih kurang bisa menghargai perbedaan.
Tapi nggak melulu duka yang kami rasakan. Ada sukanya juga, banyak malah. Antara lain, dapet host yang baik banget (keluarga mbah uti yang tlah menganggap kami bagai anak sendiri, dan selalu mengharuskan kami untuk makan sebelum pulang, bahkan kalo nggak mau, mo dibungkusin coba, bener-bener deh), ibu-ibu sekitar posko yang ramah dan suka ngajakin kami ikut pengajian, adik-adik TPA yang lucu-lucu dan welcome banget dengan acara-acara yang kami adakan, banyak deh pokoknya. Bahkan ada seorang ibu yang kami (aku dan satu orang temenku) beri julukan ’ibu pinarak’, soale hampir tiap kali ketemu selalu disuruh pinarak ke tempatnya, hehe ... (maaf atas julukan yang terdengar kurang sopan ini,^_^). Tapi ibu tersebut emang baik dan perhatian banget lho. Pernah kejadian kan pas sholat subuh jamaah di masjid, temenku komentar tentang udara malam yang duiingggiinnn bangettt, sampe menggigil deh pokoknya. Niatnya sih hanya sekedar ingin cerita saja, tapi ternyata selesai sholat subuh, sudah ada secangkir teh tubruk panas dan sebotol minyak kayu putih buat kami, ”Untuk menghangatkan badan”, kata ibunya. Trus esoknya, seperti biasa sholat subuh di masjid. Selesai sholat subuh, tersedia lagi secangkir jahe anget dan sebungkus makanan kecil, ”yah, semalam habis arisan mbak, lumayanlah buat ganjal perut”. Esok paginya lagi, pas habis sholat subuh lagi, sudah ada secangkir teh panas dan satu kaplet sanaflu, ”Tadi saya denger mbaknya pilek, jadi saya kasih sanaflu”, Subhanallah, padahal aku pileknya bukan karena flu, tapi karena hal lain.
Yah begitulah, penyambutan warga yang beragampun memberikan pelajaran tersendiri.
Bagi aku sendiri, di tempat KKN ini, aku banyak belajar. Belajar berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain dengan berbagai karakter yang berbeda. Belajar untuk menjadi lebih dewasa, belajar bekerja dalam team, belajar untuk bertanggungjawab, belajar untuk lebih menghargai waktu, belajar berempati, belajar ’care’ dengan lingkungan, belajar aktualisasi diri, yah ... disinilah tempat untuk mengaktualisasikan nilai-nilai yang selama ini didapatkan dari proses belajar yang selama ini dilakukan.
Bagi yang mampu mengelola dengan baik, sebenarnya KKN merupakan training dan ajang pelatihan yang luar biasa. Dari sana, kita bisa mendapat bekal yang cukup bermanfaat untuk menjalani hidup kita selanjutnya.
Waktu 1,5 bulan itu telah menyadarkan dan membuka mata, bahwa peranan kita, sedikit banyak, dibutuhkan oleh masyarakat. Siapa yang akan membawa perbaikan pada negeri ini, jika bukan kita, para pemuda ?! Sejarah telah membuktikan, kekuatan semangat pemuda, mampu merubah wajah dunia.
Yah, kini bukan waktunya lagi untuk memikirkan diri sendiri. Banyak harap yang tlah tersia, banyak huluran tangan yang menengadah hampa, banyak tatap kosong isyaratkan tiadanya asa. Akankah semua kan terbiar begitu saja ???
Makanya, harus segera lulus, supaya bisa mengerjakan urusan lain yang manfaatnya lebih bisa dirasakan oleh sesama.
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (Al Insyiroh : 7)
Lho kok dadi tekan kono, Ra nyambung banget.
Yah, intinya saya ingin menyampaikan kekurang-sepakatan saya dengan statement saudara saya tadi. Segala sesutu itu tergantung yang menjalani. Berguna atau tidaknya sesuatu, tergantung bagaimana kita memanfaatkannya. Jadi pinter-pinter saja memanfaatkan situasi. Yakin deh, dari setiap hal yang kita alami, meski itu yang paling tidak enak atau paling tidak berguna sekalipun, pasti ada hikmah dan kebaikan yang bisa kita ambil dari sana, walau sedikit. Karena ’ ... tiadalah Allah menciptakan semua ini dengan sia-sia ...’(Ali Imran :191).
Wallahu a’lam.

KKN ku

Bulan Juni-Juli kemarin ikut program KKN UGM Peduli Gempa di Desa Muruh, Gantiwarno, Klaten. Cukup seru dan penuh tantangan. Cerita lengkapnya besok aja kali ya, to be continue gitu.
Sebenarnya sih ini cuma mo nyoba-nyoba posting pake foto, biasanya kan cuma tulisan thok. Yah moga-moga aja bisa.
Nah inilah wajah-wajah temen-temen seperjuangan di Unit Muruh dengan keunikan mereka masing-masing.
Adit, Ao, Bowo : Ndek jamanku KKN mbiyen …, rame tenan!
Adjiex : Junjung tinggi semangat Teamwork kita !
Alan : Ditumbaske balon nggih ?
Alex : Aku mo mbangun candi dulu
Ardhian : Wadhuh, busi motorku kemana nih ?
Davi : Jangan lupa iuran member tiap bulan !
Dee-K : Mbak, laporane dhewe piye ???
Didi : Hayoo, siapa yang belum bayar ?!!!
Edi : Ya kan pak?! Pinteeerrr
Fidya : siapa mo ikut ketempetku ???
Iko “Mariko” : Sopo sing gelem tak boncengke ???
Hanggoro : Yuuukkk
Hanif : Bantingan yo !
Ii : “Bang, sms siapa ini bang ?”
Ipeh : Eh, krupuknya tak kasih Miki ya ?!
Irdhas : Ternyata, pingsan itu enak.
Meha : O, ini Lavender tho ? (Gubrakk!!!)
Naufal : Nyaaak !
Putri : Kalo ada anak kecil, pengen tak jitak rasanya.
Raf’ie : 18 juta orang telah tertipu memakai S……….. (sepakat)
Reza “Sasha” : Ada ngga’ ya, yang jual bed cover motif tengkorak ?

Ridho : Aku sih sebenarnya mo bantu, tapi …
Ria : Ayo adik-adik, sekarang kita main tebak-tebakan
Sugi : Lauk hari ini apa ? (antioksidan dan vitamin C)
Sunu : Dewasa itu pasti, Tua itu pilihan (lho ???)
Titis : Ambil suara : ‘Berrrr …’, Pokkk!!!
Yoga : Pergerakan itu mengakibatkan terjadinya kerak, eh kekar
Yosie : Asyiik, ada sambelnya.


: maaf ya, pasang fotonya ga minta izin dulu. Kalo ada yang keberatan, nanti harap menghubungi.

Friday, September 29, 2006

Alhamdulillah

Alhamdulillah, satu amanah tertunai sudah. Setelah berjalan agak tersendat-sendat, akhirnya semua paripurna.
Ada baiknya, ketika usai melakukan sesuatu, kembali melakukan evaluasi, baik bagi diri, maupun bagi kerja yang telah dijalani.
Yang namanya manusia pastilah tidak ada yang sempurna. Kalo kata orang No body's perfect. Kalo kata Mr. Subanar "kurva kesempurnaan selalu berbentuk asimptotis" (opo tho kuwi ???)
Yah gampangannya bahwa kesempurnaan hanyalah milik Dzat Yang Maha Kuasa.
Manusia adalah tempat salah dan khilaf. Selalu ada salah yang dilakukan. Terlebih dalam sebuah tim kerja, dimana karakter orangnya beda-beda. Pastilah ada benturan-benturan yang terjadi, baik dalam bentuk kata-kata ( misal celetukan-celetukan asal yang mungkin niatnya bercanda, tapi bisa jadi ada yang merasa tersungging, eh tersinggung), atau perilaku (misal emosi yang tidak terkendali, sikap 'luweh' yang kadang nyebelin, sikap memburu-buru yang bikin panik, de el el).
Bisa jadi tidak terungkapkan, mung dho grenengan dhewe (Misal ngomel dalam hati, 'Ini gimana tho kok undangan pembicara ga dibuat-buat', or mungkin keluhan 'kok kabeh gawean diserahkan ke kita, dikira kita nggak da kerjaan po ???' de es te).
Yah semua itu manusiawi dan sangat bisa jadi sekali.
Kadang tanpa kita sadari, ketika tengah menjalani suatu kerja, apalagi yang dikejar deadline, kita terlupa akan esensi dan tujuan awal dari kerja kita. Sehingga yang terjadi hanyalah rasa lelah dan capek yang dirasa. Tak jarang terasa ketidak adilan dalam pembagian kerja, seolah kita sendiri yang kerja (single fighter, gitu).
Seperti yang telah dikatakan di muka, bahwa semua itu manusiawi sekali. Tapi bukan berarti trus dibiarkan begitu saja. Harus ada tindakan preventif yang dilakukan.
Disinilah pentingnya senantiasa memperbaharui niat.
Kapan sih kita harus memperbaharui niat ?
Pertama saat kita akan melakukan sebuah amalan.
Tetapkan tujuan awal dari kerja kita. Tujuan kita melakukan ini tuh untuk apa sih ? Harusnya semua aktivitas kita adalah dalam rangka beribadah pada Allah. Ini yang harus selalu kita tekankan pada diri kita. Lillah, billah.
Kedua, saat sedang melakukan amalan.
Jalan yang dilalui, tak selamanya lurus. Kadang ada tanjakan atau belokan yang dilalui. Bisa jadi ada lintasan-lintasan lain yang kemudian mencoba mengusik niat awal kita. Karena itu niat perlu kembali dibersihkan. Orientasi perlu untuk diluruskan. Ingat bahwa amalan ini adalah untuk Allah. Jika niat karena Allah ini tetap terjaga, maka tidak akan terjadi yang namanya saling lempar amanah, yang ada justru saling berlomba-lomba untuk menjalankan suatu amanah, fastabiqul Khairat.
Ketiga, saat usai melakukan amanah.
Jika saat awal dan tengah melakukan amalan kita mampu menjaga lurusnya niat kita, maka bukan berarti kita bisa bernafas lega. Setan itu sangat ulet dan gigih dalam menggoda manusia. Ini yang kadang bikin heran, mereka (baca : setan) rela bersusah payah, untuk mendapatkan neraka dengan segala siksaannya, sedangkan kita kadang bermalas-malasan untuk meraih jannahNya dengan segala kenikmatannya. Aneh ya. Ups, just intermezzo aja. Back to tema. Di saat-saat akhir setan menyusupkan rasa bangga diri dalam hati, 'Wah, kerja ini bisa sukses tuh karena aku, coba kalau ga da aku, pasti sudah kacau balau'. Yah, bisa jadi seperti itu. Karena itu kita lagi-lagi perlu untuk meluruskan niat. Bahwa semua ini terjadi atas izin Allah. Semua bisa berjalan lancar dan sukses, karena Allah yang memudahkan. Laa Haula Wa Laa Quwwata Ila Billah, tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah.

Berat ? memang. Menjaga keikhlasan hati memang berat. Karena keikhlasan itulah inti dari amalan kita. Tanpa Ikhlas, amalan kita = 0 (nol), seberat dan sekeras apapun kerja kita. Ikhlaslah yang membuat amalan kecil yang bagi orang tiada artinya, menjadi bernilai besar di sisi Allah. Begitu juga sebaliknya, amalan yang terlihat sempurna di mata manusia, tiada berarti sedikitpun bagi Allah jika tidak diiringi keikhlasan.
" ... Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya ? yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang kufurterhadap Ayat-ayat Tuhan mereka, dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat." (Al Kahfi : 103-105).

Tentunya, kita tidak ingin termasuk dalam golongan orang-orang di atas. Karena itu, mari sejenak tundukkan kepala, mencoba tuk merangkai kembali keikhlasan hati sekiranya selama perjalanan sempat terkikis oleh ruang dan waktu.
Sungguh, tanpa keikhlasan, segala luka, penat, lelah dan letih yang dirasa, setiap tetes darah, peluh dan airmata yang tertumpah, semua menjadi sia-sia. Na'udzubillahi min dzalik.

________________
Robbiy ... terimalah bingkisan kecil dari kami, sebagai bukti pengabdian dan kecintaan kami kepadaMu.
: Saudara-saudara seperjuangan, afwan atas segala khilaf. semoga keikhlasan senantiasa menghiasi hati-hati kita. Amin

Wednesday, September 20, 2006

The Invisible world

Seminggu kemarin satu asrama disibukkan dengan ulah "tetangga sebelah" yang tiba-tiba aja nyelonong masuk ke dunia kita. Bikin kacau semua aktivitas, karena hampir semua perhatian tertuju ke arahnya.
Capek ... ? Jelas.
Anyway, bukan tentang "makhluk" tersebut dan segala ulahnya yang mau diceritakan disini. Tapi ada banyak ibroh dan ilmu yang didapatkan dari sekelumit kisah yang benar-benar dialami ini.
Pertama, bahwa makhluk ghaib itu benarlah adanya. Sampai saat ini, masih ada orang yang meragukan keberadaan makhluk-makhluk di luar manusia. Dengan kejadian ini, semua jadi lebih yakin, bahwa Allah memang telah menciptakan makhluk lain di luar manusia, dengan tujuan yang sama, yaitu untuk beribadah kepada Allah.
Kedua, ada beberapa hal yang kemudian menjadi kesukaan 'mereka'. Antara lain gambar (termasuk foto), patung (boneka juga), air yang menggenang, kamar mandi, tempat yang berantakan (Hayooo, warning nih bagi yang kamarnya sering berantakan, termasuk aku, he.. =>), laut, gunung, tempat yang rungkut (semisal semak belukar yang tidak terawat), tempat sampah, de el el.
Selain menyukai tempat-tempat yang disebut di atas, 'mereka' ternyata juga suka musik, terutama musik yang ada nada gitarnya, ada suara serulingnya, ada suara perempuannya, yang mendayu-dayu, yang melenakan, pokoknya yang membuat orang lupa. Bahkan nasyidpun, ketika ada hal-hal yang telah disebut itu, mereka juga suka ! walah walah, harus super selektif nih dalam mendengarkan nasyid. Kalo perlu frekuensi nyetel nasyidnya dikurangi, ganti dengan murottal, =p.
Dulu-dulu sih pernah juga dikasih tahu tentang semua hal yang disebut di atas, tapi masih agak-agak kurang percaya gitu. Tapi pas denger ini langsung dari 'sumbernya', terus terang agak kaget juga, Jebul tenan tho. Langsung deh sweeping kamar dan rumah, semua yang berbau-bau gambar makhluk hidup, langsung di copot. Ternyata susah juga. Bayangin aja, di buku tulis tuh, hampir di tiap lembarnya, pasti ada gambarnya coba ?! Piye leh arep ngilangi ??? Pusssiiinggg. akhirnya diakalin aja, dicoret-coret pake spidol or pena.
Trus sekarang juga berusaha meminimalisir mendengarkan musik-musik, bahkan nasyid sekalipun. Sebisa mungkin hindari deh kontak dengan mereka, antara lain dengan menghindari hal-hal yang disukai mereka. Begiru ... eh begitu.
Yah moga yang sedikit ini dapat bermanfaat tuk semua.
Ana hanya sekedar menyampaikan, selanjutnya terserah Anda .....
Wallahu a'lam

Thursday, August 31, 2006

Azzam baruku ^_^

Akhirnya kesampaian juga punya teman jalan. Setelah sekian lama berharap, baru sekarang dikabulkan. Inilah salah satu berkah KKN. Kok bisa ? Ya bisa dong. Tahu sendiri kan, medan KKN tuh kadang berat, dan di pelosok. Sehingga untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, perlu teman yang siap untuk mengantar dan membersamai sewaktu-waktu. Untung ortu memahami kondisiku, akhirnya proposal yang kuajukan di ACC. Alhamdulillah ...
Oya, perkenalkan namanya Azzam. Keren kan ??!! sekeren penampilannya (menurutku lho). Yah meski ga cakep-cakep amat, tapi cukup bisa diandalkan.
Semoga saja, dengan kehadirannya, dapat menumbuhkan sebuah tekad yang kuat, untuk senantiasa bergerak menuju arah kebaikan, baik itu perbaikan ruhiyah, fikriyah, amaliah, akhlaqiyah, tsaqofiyah dan tak lupa, semoga ia bisa membuatku untuk lebih bisa menghargai waktu.
Anyway, ini adalah suatu amanah yang harus kujaga dan kumanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Karena kelak, kitapun akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang kita miliki.
Selamat datang di duniaku ....
Kita akan sama-sama berjuang mengarungi mengarungi kehidupan. Berusaha untuk memberi yang terbaik dari diri kita untuk kemshlahatan umat.
Keep Spirit of da'wah and jihad.
Isy kariimun, au mut syahidan.

Sepenuh cinta tuk Azzamku, AB 3307 RD sink valink kueerreenn DW, yang 2 bulan ini telah setia menemani. maapin ye kalo ane kadang dzolim, telat kasih makan ente. Anyway jangan sering ngambek yah, kalo ente ngambek, ane juga yang susah, hehe... peace

Bismillah

Wah dah lama banget ga ngisi blog ini. Jangankan diisi, di jenguk aja juaranggggg banget. Hampir lupa bahkan. Agak sedikit tidak adil sih. Saudara tuanya selalu di update, tapi yang muda nih malah ga pernah tersentuh. Ya maaf.
Tiba-tiba aja kemarin pengen lagi buka-buka blog yang satu ini. Ngelihat ijonya aja dah sejuk, jadi membangkitkan semangat tuk nulis lagi nih. OK deh, dunia kecilku akan akan kurangkai kembali. Dunia kecil, yang mungkin tidak semua orang dapat mengetahuinya. Dunia kecil yang kuharap bisa mewakili apa yang ada dalam benak dan fikirku.
Semoga dapat membawa hikmah dan manfaat tuk semua. Amin
.