Mimpiku ...

Menjadi apa adanya diriku ... Memberi yang terbaik dan terindah Tuk mereka yang tercinta

Friday, August 31, 2007

Juli dan Agustus di 2007

Juli 2007

Detik-detik menjelang akhir ... Rasane ra karuan. Kadang bersemangat, kadang was-was pokoke rame rasanya !

Agustus 2007

Finally !!!
Akhirnya lulus juga, alhamdulillah ...
Yah meski nantinya WaLLahu a'lam, tapi paling tidak, saat ini, bisa sedikit meringankan beban orangtua, baik beban materi maupun beban pikiran, yo ra ?!
Saatnya menapaki dunia baru
BismiLLah ...

Thursday, August 23, 2007

si Cacy

Pas lagi asyik-asyiknya baca buku, eh tiba-tiba ada yang dengan santai melintas di depanku. Makhluk kecil sepanjang 15 cm merayap perlahan, entah darimana munculnya. Terbersit keinginan untuk segera membuangnya. Tapi niat tersebut urung, oleh satu tanya yang muncul. Kenapa ya manusia merasa jijik dengan makhluk itu. Ya ... Makhluk yang menjadi tokoh utama kita kali ini bernama Latin Platyhelminthes.
Karena makhluk ini, kegiatan membaca bukupun terhenti, dan berganti dengan pengamatan seksama terhadap si cacy yang tengah melintas.
Melihatnya berjalan membuatku terharu. Ia terlihat begitu susah payah menggerakkan ruas-ruas tubuhnya agar bisa berjalan. Untuk menempuh jarak satu meter saja harus menghabiskan waktu selama 5 menit.
Ya Allah ..., dia itu makhluk Allah juga, sama seperti aku. Lalu kenapa harus merasa jijik ? Bukankah rasa jijik pada sesuatu itu menunjukkan adanya perasaan bahwa dirinya lebih baik dari sesuatu itu ?
Memang secara fisik, manusia lebih sempurna dari makhluk Allah yang lain. Manusia diberi akal dan hati, yang itu tidak diberikan kepada makhluk lain. Dengan kelebihan itu, manusia bisa menjadi lebih tinggi derajatnya dari para malaikat, tapi bisa juga menjadi lebih rendah daripada hewan.
Lalu, apakah benar manusia lebih baik daripada cacing ?
Pengamatanku mengantarkanku pada satu kesimpulan yang menjadi jawab dari pertanyaan tadi.
Ya ... secara fisik, manusia jauh lebih baik dan lebih sempurna dibanding si Cacy. Tapi ... dari segi penghambaan kepada Zat yang telah Menciptakan dan Memberi Rizki, bisa jadi ia jauh lebih baik dari manusia.
Wallahu a'lam

"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan" (Al Baqarah : 74)
"Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih keada Allah. Dan tidak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memujiNya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun" (al Israa : 44)

Arti Sebuah Nama

"Apalah artinya sebuah nama",
Begitu kata Shakespeare. Tapi ternyata nama bukanlah sekedar nama. Ada yang mengatakan, nama adalah do'a. Ya, nama yang kelihatannya sepele ternyata ia adalah sederetan huruf yang mewakili keseluruhan dari diri kita.
Ada kesan mendalam yang dirasakan, saat di tempat yang kita merasa tidak ada seorangpun yang mengenal kita, tiba-tiba ada yang menyapa dengan menyebutkan nama kita. Itu pula yang pernah rasakan saya.
Suatu hari saya menunggu seseorang di suatu tempat. Saya hampir yakin bahwa dalam lingkungan itu sedikit sekali atau bahkan hampir tidak ada yang mengenal saya. Kalopun ada paling ya hanya sekedar hafal wajah tanpa tahu nama. Sedangkan saya sendiri cukup tahu dan hafal nama orang-orang yang berlalu lalang di tempat itu, meskipun tidak cukup kenal, karena memang saya sering mengunjungi tempat itu. Lagi asyik-asyiknya menunggu lewatlah seseorang yang saya kenal. Saya sering bertatap muka dengan beliau, beberapa kali berbincang dengan beliau, tapi saya masih tidak terlalu yakin bahwa beliau mengenal saya. Sehingga saya memutuskan untuk menyapa sekedarnya saja. Melempar senyum dan menganggukkan kepala sebagai bentuk penghormatan. Baru saja hendak saya lakukan tiba-tiba, beliau lebih dulu bertanya,
"Nunggu siapa er ?"
Ups ! Saya kaget mendengarnya. Asli. Nggak nyangka kalo ternyata beliau mengenal saya dan mengingat nama saya. Dan dampaknya pun cukup signifikan. Ada rasa diakui dan dihargai. Bener lho. Selain itu, saya jadi tambah respect dengan beliau.
Dulu saya pernah mendapat beberapa tips tentang bagaimana menyentuh hati (Lebih lengkapnya baca buku Bagaimana Menyentuh Hati). Salah satunya adalah dengan menghafal nama. Pas saya praktekkan, ternyata memang benar. Dengan berbekal nama, akan lebih mudah dalam menjalin keakraban, dan menghilangkan sekat-sekat yang ada.
Dari pengalaman-pengalaman itu saya jadi nyadar, bahwa nama bukanlah sekedar nama, tapi sebuah nama mempunyai arti yang cukup besar bagi pemiliknya.

Masa lalu

Sebuah percakapan di suatu siang.
"Menurutmu, jika ada seseorang yang kau kenal ternyata mempunyai masa lalu yang kelam. Masihkah kau tetap akan berteman dengannya ?".
"Kalo aku sih, ga masalah. Yang penting adalah bagaimana dia yang sekarang, dia yang kukenal saat ini, bukan dia di masalalu".
"Tapi bukankah sedikit banyak, masalalu itu akan mempengaruhi masa kini, karena tidak bisa dipungkiri bahwa dia yang kau hadapi sekarang adalah output dari dia di masalalu dengan berbagai peristiwa yang dialaminya ? Tidakkah kau takut, dia akan kembali menjadi dia yang dulu ?"
"Yah, setiap orang pasti pernah melakukan kekhilafan di masalalu. Tapi ketika dia sudah sadar akan kesalahannya kemudian menyesali dan bertekad untuk tidak lagi mengulangi, apakah kita masih tetap akan menghukuminya atas kesalahannya itu dengan tidak lagi berteman dengannya ? Kita mesti bijak dalam menyikapinya. Akan sangat tidak adil rasanya, jika kita menilai seseorang hanya dari masa lalunya."

Setiap kita pasti memiliki masalalu. Adakalanya ia menjadi sesuatu yang begitu pribadi, sehingga tidak ingin diketahui oleh orang lain.
Masa lalu, baik ataupun buruk, telah menjadi bagian dari kehidupan seseorang. Ia akan selalu mengiringi kemanapun ia pergi. Memang butuh kelapangan hati untuk menerima kelamnya masalalu dari orang yang kita kenal. Ketergesaan dalam mengambil sikap hanya akan menimbulkan akibat yang berujung pada renggangnya pertemanan yang terjalin. Padahal bisa jadi di saat itu, ia tengah butuh dukungan dari orang yang ia percaya untuk bangkit dari keterpurukannya di masa lalu. Dan bisa jadi pula orang itu adalah kita.
Buka mata, Buka Hati

Friday, August 10, 2007

Tak sekedar kata

Kata memang suatu yang mudah diucapkan. Tapi ia bisa mempunyai pengaruh yang luar biasa. Dengan kata seseorang bisa tersakiti, dengan kata pula bisa membangkitkan motivasi. Yah tergantung kata apa yang diucapkan dan apa niat dibalik kata-kata itu.
Perjalanan selama ini mengajarkan saya untuk berhati-hati dengan kata, meski dalam hati dan disaat sendiri sekalipun !!! Ya .., karena kata adalah doa. Semisal kita mengucapkan sesuatu kata-kata pas di waktu-waktu yang mustajab, maka amat mungkin sekali ia akan menjadi kenyataan. Karena itu, berpikir dulu sebelum berkata.
Terkadang saya merasa bahwa apa yang saya alami, merupakan akibat dari perkataan saya di waktu lampau. Mungkin sewaktu sedang barcanda atau pas lagi emosi. beberapa kali saya mengalami hal ini.
Pernah sekali waktu saya keceplosan bilang "ah ga bakalan deh ...", padahal itu hanya saya ucapkan dalam hati. Ternyata beberapa waktu kemudian saya justru mengalami hal yang saya nafi'kan tadi. Bisa jadi itu teguran dari Allah, supaya kita tidak gegabah dalam mengeluarkan statement, komentar atau apalah itu.
Setelah saya rasa-rasakan, ternyata dalam kata "nggak bakalan deh" yang terlanjur saya ucapkan itu, tersirat sebuah sikap angkuh yang terselubung. Mungkin kita memang tidak berniat untuk demikian, tapi dengan kata tersebut menyiratkan seolah kita yang berkuasa atas diri kita dan melupakan bahwa kuasa Allah meliputi segala sesuatu termasuk diri kita. Sehingga Allah perlu untuk 'sedikit' memberi pelajaran kepada hambaNya yang khilaf ini.
Ternyata ... begitu besar dampak dari kata yang terlihat remeh temeh tadi.
so, hati-hati dalam berkata-kata meski di saat sendiri dan dalam hati sekalipun !!
Karena pada hakikatnya, kita tak pernah sendiri. Ada Allah dan dua malaikat yang setia di samping kiri dan kanan kita.
wallahu a'lam

Dari Zi hingga pesan Ali k.w

Beberapa waktu lalu, Zizou berkunjung ke Indonesia. Bicara tentang sosok satu ini, jadi inget satu kisah. Dulu pas lagi semarak-semaraknya '98 sempat suebel sama sosok ini. Gara-garanya dia jadi 'hero'-nya waktu si ayam jago dengan cakarnya berhasil mengobrak-abrik formasi tarian Samba dan patukannya membuat gigi kelinci menjadi patah !!! Uuuhhh sebel banget. Langsung deh paginya jadi bulan-bulanan pendukung si ayam jago, hingga terjadi pertempuran sengit di kelas yang kecil itu. Habislah kita, nggak berkutik lagi. Ya gimana lagi, yang namanya kalah mo dibelain kayak apa juga tetep aja kalah. Pokoknya jadi sebel banget.
Saking sebelnya, eh lama-lama jadi jadi ga sebel lagi. Kok bisa ???
Ya, setelah tahu bahwa ternyata dia adalah seorang muslim dan juga baca profilenya yang low banget (halah, maksude low profile gitu), jadinya rasa sebel itu berkurang dan akhirnya hilang sama sekali. Bahkan menjadi salah seorang yang menyayangkan "insiden" yang dilakukannya di '06 kemarin.
"Wah, su'ul khotimah nih", batinku.
Habisnya, harusnya kan berusaha menampilkan yang terbaik di laga akhirnya, istilahnya tuh mengakhiri semua dengan indah, eh tapi malah mengantongi kartu merah keluar lapangan. Uh akhir yang tragis. Tapi setelah tahu alasannya yah cukup bisa dimaklumi lah.
Aneh ya, yang tadinya sebel kok bisa tiba-tiba jadi mendukung dan membela. Kalo lihat peristiwa yang di Tivi-tivi tuh, rasanya jadi ga habis pikir. Hari ini masih saling memuji eh esoknya sudah gontok-gontokan dan saling mencaci. Ternyata memang batasan antara seneng dan sebel tuh tipiiisss banget. Makanya sayyidina Ali Karamallahu Wajhah, sejak jauh-jauh abad (ga cuma jauh-jauh hari), sudah mengingatkan kita :
"Ahbib habiibaka haunanmaa 'asaa ayyakuuna baghiidhoka yaumanmaa, wa abghidh baghiidhoka haunanmaa 'asaa ayyakuuna habiibaka yaumanmaa"
Yang intinya adalah, sukailah sesuatu itu sewajarnya saja, karena bisa jadi ia akan menjadi sesuatu yang kau benci suatu saat nanti, dan bencilah sesuatu itu sewajarnya saja, karena bisa jadi ia akan menjadi sesuatu yang kau sukai suatu saat nanti.
Jadi begitulah. Ternyata dalam hal apa saja, berlebih-lebihan itu memang tidak baik ya ...

Iseng

Tahun ajaran ini, Siti baru masuk ke Sekolah Menengah Pertama. Ia yang pindahan dari Jakarta cukup dipusingkan dengan satu mata pelajaran baru yang baginya amat sangat sulit, yaitu Bahasa Jawa.
Jelas di eS De nya dulu nggak pernah diajarkan mata pelajaran ini. Berat memang. Untuk ngerti bahasa percakapan sehari-hari saja masih susah apalagi untuk memahami paribasan de el el. Waaahhh pasti bakalan pusing banget tuh. Jangankan dia yang transferan dari Jakarta, wong yang Jawa Asli saja kadang pusing juga dengan mata pelajaran satu ini. Terlebih untuk menulis aksara Jawa yang Ha Na Ca Ra Ka dan kawan-kawan. Dijamin bakalan tambah pusing.
Ada kejadian yang lucu waktu dia tengah belajar bahasa Jawa ini.
Seperti yang diketahui, dalam bahasa Jawa huruf "a" dibaca dengan "o". Ini yang kadang sering menyebabkan terjadinya salah ucap maupun salah tulis (tidak terkecuali saya), hehe ... Nah Siti ini mengucapkan lafaznya sesuai dengan tulisannya. Jadi kalau Ha ya dibaca Ha, padahal kan seharusnya Ho. Lalu ditegurlah ia oleh neneknya.
"Ti, ni bacanya bukan Ha Na Ca Ra Ka, tapi Ho No Co Ro Ko".
"Kok gitu sih mbah ?" tanyanya protes.
"Ya memang begitu aturannya".
"Kalau begitu berarti kalau Sutilah bacanya jadi Sutiloh, dan Giman jadi Gimon gitu ya Mbah ???"
Tuiiingg, sang nenek tak bisa menahan tertawa. Nggak nyangka kalau cucunya akan mikir sampe kesitu.
"Ya nggak gitu. Kalo nama ya dibaca sesuai dengan tulisannya dong", jawab neneknya sambil masih menahan tawa.