Mimpiku ...

Menjadi apa adanya diriku ... Memberi yang terbaik dan terindah Tuk mereka yang tercinta

Friday, September 29, 2006

Alhamdulillah

Alhamdulillah, satu amanah tertunai sudah. Setelah berjalan agak tersendat-sendat, akhirnya semua paripurna.
Ada baiknya, ketika usai melakukan sesuatu, kembali melakukan evaluasi, baik bagi diri, maupun bagi kerja yang telah dijalani.
Yang namanya manusia pastilah tidak ada yang sempurna. Kalo kata orang No body's perfect. Kalo kata Mr. Subanar "kurva kesempurnaan selalu berbentuk asimptotis" (opo tho kuwi ???)
Yah gampangannya bahwa kesempurnaan hanyalah milik Dzat Yang Maha Kuasa.
Manusia adalah tempat salah dan khilaf. Selalu ada salah yang dilakukan. Terlebih dalam sebuah tim kerja, dimana karakter orangnya beda-beda. Pastilah ada benturan-benturan yang terjadi, baik dalam bentuk kata-kata ( misal celetukan-celetukan asal yang mungkin niatnya bercanda, tapi bisa jadi ada yang merasa tersungging, eh tersinggung), atau perilaku (misal emosi yang tidak terkendali, sikap 'luweh' yang kadang nyebelin, sikap memburu-buru yang bikin panik, de el el).
Bisa jadi tidak terungkapkan, mung dho grenengan dhewe (Misal ngomel dalam hati, 'Ini gimana tho kok undangan pembicara ga dibuat-buat', or mungkin keluhan 'kok kabeh gawean diserahkan ke kita, dikira kita nggak da kerjaan po ???' de es te).
Yah semua itu manusiawi dan sangat bisa jadi sekali.
Kadang tanpa kita sadari, ketika tengah menjalani suatu kerja, apalagi yang dikejar deadline, kita terlupa akan esensi dan tujuan awal dari kerja kita. Sehingga yang terjadi hanyalah rasa lelah dan capek yang dirasa. Tak jarang terasa ketidak adilan dalam pembagian kerja, seolah kita sendiri yang kerja (single fighter, gitu).
Seperti yang telah dikatakan di muka, bahwa semua itu manusiawi sekali. Tapi bukan berarti trus dibiarkan begitu saja. Harus ada tindakan preventif yang dilakukan.
Disinilah pentingnya senantiasa memperbaharui niat.
Kapan sih kita harus memperbaharui niat ?
Pertama saat kita akan melakukan sebuah amalan.
Tetapkan tujuan awal dari kerja kita. Tujuan kita melakukan ini tuh untuk apa sih ? Harusnya semua aktivitas kita adalah dalam rangka beribadah pada Allah. Ini yang harus selalu kita tekankan pada diri kita. Lillah, billah.
Kedua, saat sedang melakukan amalan.
Jalan yang dilalui, tak selamanya lurus. Kadang ada tanjakan atau belokan yang dilalui. Bisa jadi ada lintasan-lintasan lain yang kemudian mencoba mengusik niat awal kita. Karena itu niat perlu kembali dibersihkan. Orientasi perlu untuk diluruskan. Ingat bahwa amalan ini adalah untuk Allah. Jika niat karena Allah ini tetap terjaga, maka tidak akan terjadi yang namanya saling lempar amanah, yang ada justru saling berlomba-lomba untuk menjalankan suatu amanah, fastabiqul Khairat.
Ketiga, saat usai melakukan amanah.
Jika saat awal dan tengah melakukan amalan kita mampu menjaga lurusnya niat kita, maka bukan berarti kita bisa bernafas lega. Setan itu sangat ulet dan gigih dalam menggoda manusia. Ini yang kadang bikin heran, mereka (baca : setan) rela bersusah payah, untuk mendapatkan neraka dengan segala siksaannya, sedangkan kita kadang bermalas-malasan untuk meraih jannahNya dengan segala kenikmatannya. Aneh ya. Ups, just intermezzo aja. Back to tema. Di saat-saat akhir setan menyusupkan rasa bangga diri dalam hati, 'Wah, kerja ini bisa sukses tuh karena aku, coba kalau ga da aku, pasti sudah kacau balau'. Yah, bisa jadi seperti itu. Karena itu kita lagi-lagi perlu untuk meluruskan niat. Bahwa semua ini terjadi atas izin Allah. Semua bisa berjalan lancar dan sukses, karena Allah yang memudahkan. Laa Haula Wa Laa Quwwata Ila Billah, tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah.

Berat ? memang. Menjaga keikhlasan hati memang berat. Karena keikhlasan itulah inti dari amalan kita. Tanpa Ikhlas, amalan kita = 0 (nol), seberat dan sekeras apapun kerja kita. Ikhlaslah yang membuat amalan kecil yang bagi orang tiada artinya, menjadi bernilai besar di sisi Allah. Begitu juga sebaliknya, amalan yang terlihat sempurna di mata manusia, tiada berarti sedikitpun bagi Allah jika tidak diiringi keikhlasan.
" ... Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya ? yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang kufurterhadap Ayat-ayat Tuhan mereka, dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat." (Al Kahfi : 103-105).

Tentunya, kita tidak ingin termasuk dalam golongan orang-orang di atas. Karena itu, mari sejenak tundukkan kepala, mencoba tuk merangkai kembali keikhlasan hati sekiranya selama perjalanan sempat terkikis oleh ruang dan waktu.
Sungguh, tanpa keikhlasan, segala luka, penat, lelah dan letih yang dirasa, setiap tetes darah, peluh dan airmata yang tertumpah, semua menjadi sia-sia. Na'udzubillahi min dzalik.

________________
Robbiy ... terimalah bingkisan kecil dari kami, sebagai bukti pengabdian dan kecintaan kami kepadaMu.
: Saudara-saudara seperjuangan, afwan atas segala khilaf. semoga keikhlasan senantiasa menghiasi hati-hati kita. Amin

Wednesday, September 20, 2006

The Invisible world

Seminggu kemarin satu asrama disibukkan dengan ulah "tetangga sebelah" yang tiba-tiba aja nyelonong masuk ke dunia kita. Bikin kacau semua aktivitas, karena hampir semua perhatian tertuju ke arahnya.
Capek ... ? Jelas.
Anyway, bukan tentang "makhluk" tersebut dan segala ulahnya yang mau diceritakan disini. Tapi ada banyak ibroh dan ilmu yang didapatkan dari sekelumit kisah yang benar-benar dialami ini.
Pertama, bahwa makhluk ghaib itu benarlah adanya. Sampai saat ini, masih ada orang yang meragukan keberadaan makhluk-makhluk di luar manusia. Dengan kejadian ini, semua jadi lebih yakin, bahwa Allah memang telah menciptakan makhluk lain di luar manusia, dengan tujuan yang sama, yaitu untuk beribadah kepada Allah.
Kedua, ada beberapa hal yang kemudian menjadi kesukaan 'mereka'. Antara lain gambar (termasuk foto), patung (boneka juga), air yang menggenang, kamar mandi, tempat yang berantakan (Hayooo, warning nih bagi yang kamarnya sering berantakan, termasuk aku, he.. =>), laut, gunung, tempat yang rungkut (semisal semak belukar yang tidak terawat), tempat sampah, de el el.
Selain menyukai tempat-tempat yang disebut di atas, 'mereka' ternyata juga suka musik, terutama musik yang ada nada gitarnya, ada suara serulingnya, ada suara perempuannya, yang mendayu-dayu, yang melenakan, pokoknya yang membuat orang lupa. Bahkan nasyidpun, ketika ada hal-hal yang telah disebut itu, mereka juga suka ! walah walah, harus super selektif nih dalam mendengarkan nasyid. Kalo perlu frekuensi nyetel nasyidnya dikurangi, ganti dengan murottal, =p.
Dulu-dulu sih pernah juga dikasih tahu tentang semua hal yang disebut di atas, tapi masih agak-agak kurang percaya gitu. Tapi pas denger ini langsung dari 'sumbernya', terus terang agak kaget juga, Jebul tenan tho. Langsung deh sweeping kamar dan rumah, semua yang berbau-bau gambar makhluk hidup, langsung di copot. Ternyata susah juga. Bayangin aja, di buku tulis tuh, hampir di tiap lembarnya, pasti ada gambarnya coba ?! Piye leh arep ngilangi ??? Pusssiiinggg. akhirnya diakalin aja, dicoret-coret pake spidol or pena.
Trus sekarang juga berusaha meminimalisir mendengarkan musik-musik, bahkan nasyid sekalipun. Sebisa mungkin hindari deh kontak dengan mereka, antara lain dengan menghindari hal-hal yang disukai mereka. Begiru ... eh begitu.
Yah moga yang sedikit ini dapat bermanfaat tuk semua.
Ana hanya sekedar menyampaikan, selanjutnya terserah Anda .....
Wallahu a'lam