Mimpiku ...

Menjadi apa adanya diriku ... Memberi yang terbaik dan terindah Tuk mereka yang tercinta

Thursday, April 17, 2008

Aneh tapi nyata

”Satu berapa Pak ?” tanya seorang calon pembeli kepada Bapak penjual gethuk tiga rasa khas Magelang.
”5000 Mbak”.
”Bisa kurang nggak Pak ?”
”Ya kalo belinya banyak, bisa Mbak”
“9000 dapet tiga ya Pak”
“Wah nggak dapet Mbak”
“Ya udah Pak, nggak jadi”, jawab si Mbak, padahal sebenarnya pengen.
“Gini aja deh, 20 ribu dapet 5”
“Nggak Pak”
“19 ribu dapet 5”
Si mbak geleng-geleng.
“Udah , saya kasih 18 ribu dapet 5”
“nggak pak, kebanyakan.”
“Kalo situ 15 rb dapet 4 deh mbak.”
Si Mbak mikir lama sebelum akhirnya berkata
“Kalo 4 kayaknya kebanyakan deh Pak. 3 aja 12 ribu gimana Pak ?”
“Wah masih nggak dapet Mbak”.
Akhirnya si Mbak jadi membeli dengan transaksi akhir 15 ribu dapat 4 bungkus.

Ngerasa ada yang aneh nggak dengan proses tawar menawar di atas ?
Kalau jeli, akan terlihat dua orang penjual dan pembeli yang sama-sama anehnya.
Benar-benar aneh tapi nyata, Huehehe

Memori Mudik190308

Ajal

Tanggal 25 Maret kemarin saya membaca artikel tentang kelanjutan penyelidikan peristiwa menghilangnya pesawat Adam awal 2007 lalu.
Disana diberitakan tentang apa sebenarnya yang terjadi sehingga pesawat yang segedhe itu bisa hilang tanpa jejak.
Membacanya saya jadi merinding. Terlebih saat membaca kalimat ”Pilot pun tidak sempat menaikkan pesawat karena posisi pesawat sudah miring. Akibatnya, pesawat menghujam laut dengan kecepatan 1.000 kilometer per jam. Byarrr..!! Pesawat "menabrak" laut. Saking kencangnya tumbukan yang terjadi, kepingan pesawat terbesar yang ditemukan pun hanya selebar 2 meter saja.”
Nggak kebayang betapa paniknya situasi dalam pesawat saat itu. Melesat dengan kecepatan 1000km/jam.
Allah ... saya nyebut dalam hati.
Yang namanya ajal, tetep nggak ada yang tahu bagaimana, dan dalam kondisi seperti apa kelak kita akan dipanggilnya.
Kalo dipikir, setiap saat kita bisa saja bertemu ajal.
Jadi keinget dulu pas sering naik motor. Biasalah sok-sok ngebut gitu, apalagi kalo dah lewat ringroad, bisa jalan lebih dari 100 tuh. Pas gitu sebenarnya nyadar kalo bahaya. Bahkan pernah saya berpikir, ”kondisi kayak gini nih, kalo Allah berkehendak, nyenggol kerikil kecil aja udah langsung Brak !!!, gitu”. Kalo udah gitu, biasanya langsung banyak-banyak dzikir, tapi tetep ngebut, hehe (Lho ?). Yah paling nggak kalo terjadi apa-apa saya dalam keadaan yang baik gitu. Tapi Alhamdulillah, bisa sampai di rumah dengan selamat.
Kalo mo mikir lagi, sebenarnya dalam masalah berkendara tadi dan dalam setiap hal yang terjadi, ada kasih sayang Allah yang luar biasa.
Kalo mo lebih lengkap, baca Tarbawi bulan ini yang temanya kalo ga salah ”Semua karena kasih sayang Allah”.(yee promosi)
Bener deh.
Memang, dalam hari-hari kita selalu bertabur kasih sayang Allah. Hanya sayangnya, kadang kita tak cukup peka untuk menyadarinya.
Astaghfirullah ...

Friday, April 11, 2008

kesepian

Duduk di tepi jendela diatas ketinggian 20 m
Menikmati suasana kota saat merambat malam
Sejenak menepikan tumpukan kertas dan layar komputer
Mencoba memejamkan mata dan menyandarkan punggung
hening ...
senyap
sepi ...
sunyi ...
sendiri ...
terasing di keramaian
mencoba menghibur diri dengan bersenandung lirih
Sebuah lagu untuk diri sendiri
"perjalanan sunyi, yang kau tempuh sendiri
Kuatkanlah hati ..., Cinta"

Saat-saat seperti ini, begitu terasa arti seorang teman.

: Rafa
Nt belum pergi aja, aku dah sering merasa kesepian. Gimana kalo nt dah pergi. Huaaa ... T_T
Doakan ya biar cepet dapet 'keluarga kecil' disini. Biar aku ga merasa sendiri lagi. Luv u sist

restroom,250308,19pm
Hari ini, aku benar-benar merasa sendiri
Hiks ... hiks ... melas banget yooo

Nak

"Jauh jalan yang harus kau tempuh
Mungkin samar bahkan mungkin gelap
Tajam kerikil setiap saat menunggu
Engkau lewat dengan kaki tak bersepatu

Duduk sini nak dekat pada bapak
Jangan kau ganggu ibumu
Turunlah lekas dari pangkuannya
Engkau lelaki kelak sendiri"
Iwan Fals ( Album Sugali 1984 )

Denger lagu itu dari seorang pengamen pas balik kemarin, membuatku sedikit tercenung. Kalau aku laki-laki, aku akan lebih tercenung. Meski liriknya sederhana, tapi maknanya cukup dalam dan menohok. Khas punya Iwan Fals.
Jadi keinget ma adik dan sepupu-sepupuku yang tengah berpetualang mencari diri mereka.

Tuk Inung,Ical(yang kemarin genap 13th),Ko,Mam,Pan,Aji,Yun,Del
segera temukan dirimu. Engkau lelaki, kelak sendiri.

Hati seorang Ayah

Aku tersenyum saat wajah yang mulai keriput itu terlihat kagum pada angkutan yang baru sekali ini dinaikinya. Pada pramudinya yang rapi jali memakai peci (kadang bertopi), berjas dan berdasi. Pada penjaganya yang nampak gagah berseragam, pada bening suara mesin operator otomatis yang selalu bergema di setiap perhentian.
Aku ingat sekali, ia, pemilik wajah itu, hari ini telah melakukan banyak hal untukku.
Mulai dari membangunkanku di pagi buta, bolak-balik meninjauku untuk sekedar memastikan bahwa aku telah bersiap-siap, menyiapkan sepatuku (hingga saat akan berangkat, sepasang sepatu telah menyambutku di depan pintu), mengantarkanku sampai tujuan, menungguiku dari pagi hingga petang, membantuku mengemasi dan merapikan barang-barang, berjaga penuh di belakangku selama perjalanan, hingga menawarkan semangkok bakso sebagai penawar lelah.
Terkesan manja dan kekanakan ???
Akupun merasa begitu. Tidak nyaman rasanya diperlakukan seperti anak kecil. Ingin sekali kuberkata ”Bapak, saya sudah besar, sudah bisa melakukan semuanya sendiri”.
Tapi aku tak tega mengatakannya. Kupikir kalimat itu hanya kan membuatnya kecewa dan merasa tidak dibutuhkan. Karena itu, sepanjang hari itu, aku berusaha sekuat tenaga menahan ego diriku yang berteriak-teriak minta diakui kedewasaannya.
Sisi hatiku mencoba menenangkan,
”Untuk kali ini, mengalahlah. Mungkin kau memang bisa melakukan semua hal itu sendiri. Bapakpun tahu itu, tapi beliau tetap melakukannya untukmu. Bukan karena menganggapmu tidak bisa, sama sekali bukan. Tapi lebih kepada panggilan hati seorang ayah yang ingin sekali berbuat sesuatu untuk anaknya. Kaupun harus tahu, bahwa apa yang beliau lakukan untukmu, sekecil apapun itu, adalah hal terbaik yang diberikan seorang ayah kepada anaknya. Kau boleh merasa diri telah dewasa, tapi bagi orang tua, anak tetaplah kanak-kanak. Jadi, pahamilah ...”
Hatiku berceramah panjang lebar.
Akupun mengalah. Untuk hari itu, tak masalah dianggap anak kecil, jika itu memang berarti bagi Bapak.
Dan hari itu, aku belajar, bahwa bagi Bapak, mungkin aku tak pernah menjadi besar. Aku tetaplah putri kecilnya seperti 23 tahun lalu saat aku dilahirkan. Putri kecil yang dulu ditimang dan dininabobo’kannya. Putri kecil yang ingin selalu dijaga dan dilindunginya.

Luv u Dad T_T