Mimpiku ...

Menjadi apa adanya diriku ... Memberi yang terbaik dan terindah Tuk mereka yang tercinta

Wednesday, October 29, 2008

Menunda

Beberapa waktu lalu, saudara saya menelpon. Katanya ada titipan buat saya yang mau dikirim.
Lalu, saya berikan sederet alamat saya.
Satu hari berlalu, kiriman belum sampai.
Hari kedua, masih nihil.
Hari ketiga, belum ada kabar.
Hari keempat, kotak pos masih kosong.
Hari kelima, nggak ada tanda-tanda datang kiriman.
Hari keenam, tetep sepiiiii.
Hari ketujuh, ..................
hehe, tetep belum nyampe juga.
Masih tetap menyabar-nyabarkan diri.
Sebenarnya sih, dibilang nunggu juga ga nunggu (halah !!!)
Dibilang ga nunggu, ya nunggu (lho ?!).
Tapi satu hal, lagi-lagi terlintas.
Barusan siang tadi, di hari ke tujuh ini, pas matahari lagi panas-panasnya, pas lagi bertanya-tanya
kenapa ya ????
Jangan-jangan selama ini saya sering menunda-nunda urusan orang lain ya ???
Doeng !!!
Setelah saya pikir-pikir, Memang Benar !!!
Astaghfirullah. Baru saya sadar. Ada utang yang masih belum saya tunaikan.
Saya jadi bisa ngerasain, gimana rasanya berada di posisi orang yang saya utangi.
Hffff...
Pantesan. Beginilah akibatnya jika menunda-nunda urusan orang lain.
Yah paling nggak jadi dapet satu pelajaran lagi.
Jangan menunda-nunda pekerjaan, terlebih jika pekerjaan itu adalah amanah dari orang lain. Karena bisa jadi sikap kita itu akan berimbas pada diri kita.
Eh, bukan bisa jadi lagi sih, sepertinya memang sudah jadi hukum alam, seperti itu.
Astaghfirullah ...

Semoga, semua urusan bisa segera ditunaikan dengan sebaik-baiknya dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Aamiin. ^_^

Tuesday, October 28, 2008

Sebuah Janji

Izinkan aku bertanya akan arti sebuah "akad".
Adakah ia mempunyai arti ??? Atau sekedar rentetan kata tanpa makna ???
Jika ia memang sebuah ikrar, sebuah janji, sebuah sumpah yang sebegitu agungnya hingga Allah pun menyebutnya dengan Mitsaqan Ghalidza, lalu kenapa ... kenapa ada yang dengan ringannya melemparnya ke belakang, melupakannya untuk beberapa saat, lalu menggenggamnya kembali kapan saja saat ia menghendaki. Seolah-olah sebaris kalimat itu hanyalah sesuatu yang bisa dengan enaknya dipermainkan.
Bukankah, ikrar itu tak hanya menyatukan dua jiwa untuk 1, 5 atau 10 tahun saja, tapi untuk selamanya ???
Bukankah sumpah itu tak sekedar diucap dihadapan makhluk tapi bahkan dilafadz di hadapan Allah dengan disaksikan para malaikatNya ???
Bukankah janji itu tak hanya ditujukan untuk manusia, tapi juga janji terhadap Allah ???
Lagi-lagi aku tak paham.
Setahuku, dalam dunia kecilku ini, dua jiwa yang disatukan oleh aqad yang suci itu harus berusaha untuk tetap memegang teguh janji, apapun yang terjadi.
Pasti akan ada badai, tapi saat keduanya memahami makna sumpah yang pernah diucap dengan sebenarnya, maka, badai itu takkan menjadi penghalang bagi bahtera untuk berlabuh di pantai kasih sayangNya.

Lagi-lagi masih teori, tapi kelak, semoga dikaruniai keteguhan dan kesabaran dalam memegang teguh janji suci itu. Aamiin



:Mah&Husband, Barakallah, jaga baik-baik ikrar itu ya ...

Monday, October 13, 2008

Persepsi

"Koko sekarang jadi sulit diatur", begitu statement yang sering dilayangkan orang rumah. Pernyataan itu pula yang akhirnya kulontarkan setelah membersamainya selama 5 hari. Habisnya, kadang emang bikin gregetan. Dah gitu sekarang jadi lebih sensi, mudah tersinggung dan ngambek. Harus ekstra sabar ngadepinnya. Sampe-sampe kadang jadi common enemy (hehe, istilahku aja sih), soale mulai dari cimbah, mimi, ci om, sampe An-Yii bareng-bareng nginterogasi dia. Kasihan juga sih, cuma ya kadang njengkelin juga.
Mungkin faktor adanya adik baru juga berpengaruh. Ya iyalah, jelas itu. Gimana engga, dulunya semua-mua ke dia, sekarang dah ada ade', otomatis ya dibagi ma ade'. Makanya dia sering buat manuver-manuver yang aneh-aneh untuk dapetin perhatian yang selama ini jadi miliknya. Hff, anak segitu aja dah ngerti jealous ya ...
Tapi tiba-tiba, ada satu lintasan yang mengusikku.
Sebenarnya, koko-nya yang jadi bandel, or kami-kami (orang-orang yang menyebut diri) "orang dewasa" ini yang telah berubah sikap tanpa disadari ???
Seperti saat kita naik kereta dan melihat ke luar jendela, seolah-olah pohon-pohon itu yang bergerak terhadap kita, padahal sebenarnya kita yang bergerak.
Jadi inget kisah temenku tentang Andy F Noya. Dulu sewaktu belum sukses, Andy berlangganan gado-gado di suatu tempat di bilangan jakarta Selatan. Menurutnya, gado-gado itu adalah yang terlezat yang pernah dirasakannya. Setelah sukses, dia jarang berkunjung ke rumah makan itu. Hingga suatu ketika muncul keinginan untuk bernostalgia merasakan kembali nikmatnya gado-gado favoritnya. Setelah merasakan kembali gado-gadonya, dia sedikit kecewa, karena rasa gado-gado tersebut tak lagi selezat dulu.
Dia jadi berpikir, sebenarnya rasa gado-gadonya yang sudah berubah, atau lidah dan seleranya yang berubah ???
Mungkin rasa gado-gadonya tetap sama, tapi karena ia telah merasakan aneka makanan yang lezat-lezat, hingga gado-gado itupun terasa biasa baginya.
Hmmm, aku jadi berpikir, mungkin seperti itu ya.
Bisa jadi Koko-nya masih bersikap sama saja seperti dulu, tapi reaksi kami-kami aja yang berubah. Dulu sebelum ada ade', mungkin pemakluman kami lebih besar terhadap setiap tingkah polahnya. Tapi setelah ada ade', secara tidak sadar kami mempersempit pemakluman dan menerapkan standar ala orang dewasa bagi si kakak. Akibatnya ya anak segitu dah dituntut untuk ngerti bahwa dia dah jadi kakak, harus ngalah ma ade', dsb. Begitulah yang ada di benak orang dewasa ini. Dan ketika si kakak ternyata tidak bisa atau belum bisa memenuhi standar yang ditetapkan tersebut, muncullah statement-statement negatif terhadap si kakak. Yang susah diaturlah, bandellah, dsb, dsb.
Kalo dipikir kan jadi aneh. Apa ga kebalik yah ???
Orang dewasa yang harus ngertiin anak-anak or anak-anak yang kudu ngertiin orang dewasa ?
Begitulah ... Kadang justru kita sendiri yang tidak menyadari perubahan pada diri kita dan malah menganggap orang lain dan hal-hal di luar diri kita yang berubah.
Wallahu a'lam



:ko2, dengan sepenuh cinta
Maaf ya Ko, hiks T_T