Mimpiku ...

Menjadi apa adanya diriku ... Memberi yang terbaik dan terindah Tuk mereka yang tercinta

Friday, July 24, 2009

Tak sekedar ...

Menikah, ternyata tak sekedar berubah status dari lajang menjadi berpredikat suami atau istri. Tapi disana ada tanggung jawab, kedewasaan, pengertian dan sebagainya.
Menjadi suami diperlukan kesadaran dan kebijaksanaan yang utuh menyeluruh akan wewenang yang dimilikinya sebagai seorang suami. Dalam rumah tangga, perkataan suami ibarat titah bagi seorang istri. Dimana mau tidak mau, suka nggak suka selama perintahnya itu tidak melanggar aturan Allah, harus dituruti, dijalankan dan ditunaikan oleh sang istri. Bahkan ketetapan suami ini tingkatannya berada diatas ketetapan orang tua. Bisa dikatakan, surga nerakanya seorang istri berada pada keridhoan suami.Begitu besarnya wewenang suami terhadap istri ini, sehingga para pemegangnya dituntut untuk memiliki kebijaksanaan yang menyamudra dan kedalaman pandangan serta keluasan fikir sehingga nantinya akan melahirkan kebijakan ataupun ketatapan suami yang mengandung mashlahat dan manfaat bagi keluarga dalam hal ini istri dan anak.
Sebagai istripun begitu juga. Perubahan status itu perlu penyesuaian. Bagaimana kita yang dulunya semau-mau sendiri, kini harus lebih menahan diri. Kalau mau kemana-mana izin dulu pada suami, meski saat itu suami tidak sedang bersama kita. Begitu pula proses transisi dari orang tua ke suami pun perlu penyesuaian yang kadang tidak mudah. Bagaimanapun orang tua telah membersamai kita selama puluhan tahun. Ketika tiba-tiba keberutamaan beliau berdua harus berpindah kepada seseorang yang baru beberapa saat hadir dalam kehidupan kita, rasanya cukup berat menyikapinya. Kadang kita masih lebih cenderung ke orangtua. Atau meski apa-apa sudah cerita ke suami, tapi tetap belum puas dan ada yang kurang kalo orang tua belum kebagian cerita. Ini sebenarnya wajar. Dan suamipun tak perlu merasa tidak dipercaya ketika untuk apa-apa istrinya masih cenderung ke orang tua. Semua hanya masalah waktu saja. Ya proses transisi itu tadi.
Semua memang tidak mudah. Yah namanya hidup berumah tangga kan anginnya nggak selalu sepoi-sepoi. Sekali dua kali pastilah terjadi benturan-benturan baik kecil ataupun besar. Saat-saat seperti itulah diuji ketangguhan dan kedewasaan keduanya. Bagaimana dalam situasi yang sulit, keduanya mampu menghadapi dengan bijaksana dan tanpa mengedepankan emosi.Gampangannya, kalo yang satunya sedang marah, yang lain jangan ikutan emosi. Begitu saran yang saya baca.
Yah itulah seninya hidup berumah tangga. Agak rumit tapi menarik dan penuh tantangan. Setiap saat ada hal baru yang kita dapatkan. Apapun itu, jalani semua dengan cinta, sabar dan syukur. Insya Allah semua kan terasa indah.


Catatan Purnama ke-7