Mimpiku ...

Menjadi apa adanya diriku ... Memberi yang terbaik dan terindah Tuk mereka yang tercinta

Thursday, November 16, 2006

Memahami hidup

Akhirnya bisa posting lagi, setelah beberapa waktu kemarin sempat vakum karena libur ramadhan dan disibukkan dengan midterm. Alhamdulillah midnya dah kelar, semoga hasilnya bagus deh. Aamin.
Ngomong-ngomong soal kuliah, jadi inget celetukan seorang sodara,
"Hari gini masih kuliah ...", aku sih nyengir aja ndengernya.
"Yo ben, kan istiqomah, huehehe", jawabku asal. Penggunaan kata istiqomah yang tidak pada tempatnya. jangan ditiru ya ^_^.
Tapi memang sekarang lagi belajar istiqomah kok. Dan ternyata super duper berat. Perlu sebuah azzam untuk bisa istiqomah. Namun seberat apapun itu, tetap harus dijalani, karena untuk dapat melanjutkan ke fase berikutnya, harus berhasil melewati fase ini dulu, so, mau tidak mau ya harus dijalani.
Yah ... masa kuliah ini memang benar-benar masa yang luar biasa. Satu masa pembentukan karakter dan pencarian jati diri. Banyak sekali ibroh yang dapat diambil.

Di tahun pertama aku belajar memahami arti perbedaan. Ternyata di dunia ini ada begitu banyak warna dan itu bukanlah hal yang harus dipermasalahkan. Perbedaan adalah keniscayaan, sehingga perlu kebijaksanaan untuk menyikapinya. Satu hal yang berusaha kutanamkan dalam diri, bahwa perbedaan, bukanlah alasan untuk sebuah perpecahan, dan bukanlah hambatan untuk sebuah persaudaraan. Bukankah dengan adanya banyak warna, dunia akan semakin semarak ?


Tahun kedua aku belajar memaknai arti kehilangan dan persahabatan. Sungguh, kita tak akan pernah tahu apa yang kita punyai, sebelum kita kehilangan. So, jangan menunda tuk berbagi cinta kepada orang-orang disekeliling Anda, sebelum akhirnya mereka pergi, dan tak ada akan lagi kesempatan bagi kita tuk mengungkapkan pada mereka, betapa berarti dan berharganya mereka bagi hidup kita.

Paruh kedua tahun ini, aku belajar untuk berani mengambil sikap, meski cenderung nekat dan tanpa perhitungan. Niatnya sih pengen nunjukin kalo dah dewasa, tapi ternyata justru semakin menunjukkan kalo aku masih kekanakan banget. Ngambil keputusan penting dalam hidup, tanpa pertimbangan siapapun !!! (Pancen nekat tenan bocah iki !). Akhirnya malah membuat kesalahan yang cukup fatal dan berdampak sampai saat ini. Tapi justru dengan itu, aku memetik satu pelajaran, bahwa berbuat salah itu bukan suatu kesalahan, karena dengan berbuat salah, kita jadi bisa belajar dari kesalahan kita, yang mungkin tidak akan kita dapatkan jika kita tidak berbuat salah. Nah lho, bingung kan ? Intinya, jangan takut untuk melangkah, jangan takut gagal, jangan takut dinilai dan jangan takut untuk berbuat salah.

Tahun ketiga, aku belajar untuk menerima kekalahan. Yah ... tidak semua keinginan harus terpenuhi. Apa yang telah Allah beri, tidak akan luput dari kita, dan apa yang telah Allah tahan, maka tidak akan sampai kepada kita. Terkadang, hidup memang sulit untuk dapat dimengerti. Tapi satu yang harus tetap kita pegang, selalu berkhusnudzon atas setiap ketentuan Allah dan yakin akan keMaha Adil-an Allah. Yakin, Allah tak akan pernah mendzolimi hambaNya. Lagipula, apa yang kita anggap baik, belum tentu baik di sisi Allah. Aku yakin, Allah pasti punya rencana yang indah bertabur hikmah di balik setiap peristiwa yang kita alami.

Paruh kedua di tahun ketiga, aku belajar akan makna dan arti keberartian diri. Bahwa ketika eksistensi kita di dunia ini tidak mampu untuk memberikan 'sesuatu' terhadap hidup dan kehidupan yang dianugrahkan pada kita, maka sia-sialah adanya kita.
"Khoirunnas, anfa'uhum linnas", sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya.
Satu kalimat yang selalu memompakan semangat di dalam jiwa untuk selalu berbuat dan terus berbuat, untuk memberikan apa yang diri mampu bagi kemanfaatan sesama, hatta itu hanya seulas senyum atau menampakkan wajah yang cerah.(Sampai dikira kagak pernah punya masalah, padahal ya bertumpuk-tumpuk).

Tahun keempat, aku belajar untuk survive. Yup, bertahan di atas semua yang telah digariskan untukku. Bagi seorang ksatria, tidak ada kata menyerah dan putus asa dalam hidupnya. Yang ada hanyalah keyakinan untuk tetap bertahan dan terus berjuang dengan segenap jiwa dan raga, cieee. Yah, begitulah. Ayo semangKa ... SemangKa ... ( SEMANGat seKAli maksudnya ).


Kini ... , aku tengah belajar mencintai. Ya ... mencintai segala hal yang kudapatkan. Mencintai diriku dengan segala kekurangannya, mencintai bidang studiku dengan segala kerumitannya, dan mencintai hidupku dengan segala lika-likunya. Tanpa kusadari, semua merupakan anugrah terindah yang pernah kumiliki.


Yup! saatnya meniti hari bersama Pearson, Rao, Erlang, Liliefors, Smirnov, Wallis dkk. Serta berusaha memahami arti kehadiran multikolinearitas, autokorelasi, memoryless Property dan homoskedastisitas dalam hidupku. (Apa coba?!)


Thank You Allah, for all the best thing i have

No comments: