Mimpiku ...

Menjadi apa adanya diriku ... Memberi yang terbaik dan terindah Tuk mereka yang tercinta

Wednesday, May 28, 2008

Sekilas TiJe

Ternyata kursi memang barang mahal. Ga hanya kursi di Senayan, tapi juga kursi di dalam traja. Bagi kami, pati-narapati pelanggan traja (khususnya koridor yang setiap hari saya lewati, yaitu VI dan IV), untuk mendapatkan satu kursi di dalam traja merupakan sebuah perjuangan. Terutama pada jam-jam sibuk seperti saat berangkat kerja (6-8 pagi) dan pulang kerja (4-8 malam). Maka jika tidak ada urusan yang terlalu mendesak, disarankan hindari bepergian dengan traja pada jam-jam itu, lebih-lebih kalo bawa anak kecil atau lansia. Wadhuh, mending jangan deh. Bukan apa-apa, kasihan aja kalo harus ikut desak-desakan.
Balik ke masalah perjuangan mendapatkan kursi tadi. Jangankan dapat kursi, dapat tempat di dalam traja aja harus melalui antri cukap panjang (di shelter Taman Margasatwa bisa nyampe lebih dari 10 m, padahal antrinya dah 5 baris tuh. Di Deptan malah sampe ke trotoar jalan di luar shelter, bener-bener deh), trus menunggu cukup lama (dengan range sekitar 5 menit hingga 1 jam !!!), berdesak-desakan nggak karuan, itupun masih dengan catatan belum tentu bisa duduk alias masih tetep berdiri. Lumayan juga sih 1,5jam berdiri. Kalo PP ga dapet tempat duduk juga, maka total 3 jam berdiri.

Memang, setelah adanya kebijakan sterilisasi jalur, jumlah pengguna traja semakin meningkat. Apalagi dengan naiknya harga BBM ini, ada kemungkinan pelanggan akan semakin bertambah. Kalo hal ini ga di antisipasi dengan baik, wah bisa kacau tuh. Akibatnya pelanggan bisa pada ngabur, balik pada pake mobil pribadi lagi. Artinya macetnya bakalan lebih parah. Jadi mau ga mau jajaran BLU TiJe harus segera melakukan pembenahan. Baik dari segi sarana prasarana maupun pelayanannya. Misalnya dengan nambah jumlah armadanya, atau distribusi trajanya lebih diatur lagi. Sering kejadian, ada lima traja numpuk di TL, habis itu hampir 30 menit ga ada yang lewat. Kan ga efektif banget tuh.
Tambah lagi pramudinya yang kadang berhenti mendadak, padahal kondisi traja dah miring, jadinya yang didalam pada gedubrakan. Buka tutup pintu dengan terburu-buru atau kurang hati-hati, kurang sabar dalam menghadapi pengguna jalan yang lain, jadinya marah-marah dan saling umpat ga karuan. Kan bikin gerah suasana tuh.
Anyway, dengan segala keterbatasan yang ada, saya cukup berterima kasih kepada seluruh jajaran BLU TiJe, mulai dari penjaga loketnya, penyobek karcisnya, penjaga pintunya, pengatur antriannya, pengatur distribusi trajanya, penjaga jalurnya, pramudinya, semua-mua deh. Karena bagi saya, traja adalah angkutan pertama yang saya kenal di kota ini, yang mengenalkan saya pada kota ini, yang nganter saya pulang pergi setiap hari, yang membersamai saya dalam proses adaptasi dengan kota ini, tempat saya mengurai kegundahan hati demi menyaksikan berbagai ketidakidealan yang terkadang begitu menyesakkan dada. Disana pernah ada marah, kesal, sedih, kecewa, tawa, senyum, air mata hingga hal-hal kecil sekedar iseng yang bikin hati jadi geli. Yah, gado-gadolah pokoknya. Makanya, sebenarnya agak sedih juga harus meninggalkan rutinitas naik traja setiap hari. Tapi ya cape’ juga kalo tiap hari harus menghabiskan waktu 3 jam di jalan.
Akhir kata, tetep Semangat tuk semu kru traja. Semoga pelayanannya lebih baik lagi.

No comments: