Mimpiku ...

Menjadi apa adanya diriku ... Memberi yang terbaik dan terindah Tuk mereka yang tercinta

Saturday, February 10, 2007

Jazaki

”Mbak, ngembali’in sapu ya, Jazaki ... Jazaki ... Jazakillahu Khoiron
Walaki ... walana ... Insya Allahu Al Jannah ”

Lagi-lagi senandung itu terdengar untuk kesekian kalinya.
Dalam sehari lantunan lagu sekaligus doa tersebut bisa terdengar lebih dari sepuluh kali di asrama kami. Seandainya ada AMI Award di asrama kami, bisa jadi lagu tersebut meraih penghargaan The Most Favourite Song dan menduduki Top Ten tangga lagu teratas.
Meski singkat dan sederhana, namun lagu tersebut menyimpan sejarah dan kenangan yang takkan terlupa antara kami dengan adik-adik dari negeri jiran yang beberapa waktu lalu singgah di tempat kami.
Pertama kali mendengar senandung tersebut, adalah saat acara penyambutan dan ramah tamah dengan mereka usai. Tiba-tiba saja pas acara sudah berakhir, secara serempak dan spontan mereka semua bernasyid seperti diatas. Agak kaget juga awalnya. Tapi ternyata itu memang telah menjadi kebiasaan yang mereka lakukan setiap kali selesai mengikuti suatu acara.
Wow, kami jadi terkagum-kagum. Subhanallah ...
Sebuah budaya dan kebiasaan yang perlu kita teladani.


Jadi tersadar, rasanya jarang banget kita mengucap terima kasih, terlebih untuk hal-hal kecil yang kita terima. Yah, tanpa kita sadari, budaya ’Terima kasih’ sudah mulai terkikis oleh budaya-budaya lain semacam individualis dan materialis, sehingga penghargaan terhadap sesama, hatta itu hanya ungkapan terima kasih, mulai jarang terdengar.
Saya pernah melihat sebuah acara Reality Show di TV, yang disana menyoroti tentang para pekerja yang dalam keseharian berjasa terhadap kita, namun kurang mendapatkan penghargaan. Semisal tukang parkir atau satpam. Dan ternyata dari sekian banyak orang yang menggunakan jasa mereka, hanya beberapa saja yang kemudian mengucapkan terima kasih.
Hal ini menunjukkan betapa mahalnya kata terima kasih terucap dari mulut kita. Mungkin, kita sudah merasa cukup dengan beberapa rupiah yang kita berikan sebagai ganti jasa mereka, sehingga merasa tidak perlu lagi mengucapkan terima kasih. Namun, tetap saja ada nilai rasa yang berbeda, saat rupiah itu terhulur bersamaan dengan ucap tulus terima kasih. Bahkan bisa jadi dua kata yang dengan tulus kita ucapkan itu jauh lebih bermakna daripada keping dan lembar rupiah yang mereka terima.
Sepertinya, kita memang perlu belajar kembali untuk mengucapkan terima kasih, meskipun dua kata itu sudah begitu fasih kita lafadzkan dan begitu sering kita dengar.

Jazaki ... Jazaki ...
Jazakillahu Khoiron
Walaki ... walana
Insya Allahu Al Jannah

Alangkah indahnya, seandainya syair diatas bisa lebih sering didengar dan dilantunkan oleh lebih banyak orang.

: teriring salam dan do'a, tuk para mujahidah kembara misi cahaya
Jazakillah atas jalinan ukhuwah yang begitu indah dan bingkisan nasyid yang takkan terlupakan.
Luv u all, sist ...
Kapan yah Indonesia bisa membuat acara semacam R2J ?
Tanya kapan ???!!!

No comments: