Mimpiku ...

Menjadi apa adanya diriku ... Memberi yang terbaik dan terindah Tuk mereka yang tercinta

Thursday, January 03, 2013

28 hari mencari Cinta

"capek bundaaa ... Aufa capeeekk ..."
Suaranya terdengar lemah, hampir merintih.
Aku terdiam menahan rintik di mataku yang hampir jatuh, sementara hatiku sudah hujan sejak jauh-jauh hari.
Kupeluk tubuhnya erat, menyangga badannya yang meronta menahan sakit.
"Iya mas, sabar ya ... Allah sayang sama Aufa ... Sayang sekali".
Hanya itu yang bisa kukatakan.
Aku tak tahu lagi harus bagaimana untuk meringankan sakit yang dirasakannya.
Sudah 3 hari ini, rasa sakit itu dirasakannya. Sakit di ulu hati yang setiap 15 menit menderanya, dengan intensitas rasa sakit yang semakin tinggi. Bahkan saat terlelappun ia akan terbangun, berdiri, duduk, jongkok, sujud sampai tengkurap sekedar untuk mengurangi rasa sakit. Tentu dengan tangis dan teriakannya yang begitu mengiris hati.
Allah ... entah apa yang tengah Kau rencanakan untuk Aufa, untuk Kami. Tapi hamba yakin, saat ini Engkau tengah memperhatikan kami. Sayangi Aufa ya Allah ..., sayangi Aufa...
Hari itu, hari kedua di rumah sakit. Sementara, penyebab sakit perut yang diderita anakku masih belum diketahui.
 
Seminggu sebelum dirawat.
Seneng banget saat dijemput ayah
di sekolahnya, setelah ditinggal
pelatihan 3 hari di Bogor
 Awalnya, Rabu, 3 oktober 2012, sepulang sekolah (Tempat Penitipan Anak) tiba-tiba Aufa kesakitan memegang perutnya
"sakit bunda, peyutnya sakit..."
Kupikir, itu hanyalah sakit perut biasa. Sudah kucoba memberikan pertolongan pertama dengan memberi parutan bawang merah dicampur minyak telon, dan dibalur disekujur badan tapi tetap saja, lima belas menit kemudian terasa sakit lagi, dan itu terus berlangsung bahkan saat ia tidur.
Saat pagi harinya sakitnya tak jua reda, kami bawa Aufa ke dokter umum. Oleh dokter didiagnosa asam lambung tinggi dan diberi obat mag. Tapi sampai sore hari, meski sudah meminum obat dari dokter, sakitnya tak kunjung reda. Malam harinya dibawa lagi ke dokter anak. Masih belum ketahuan penyebab sakitnya. Di tes urine, khawatir ada infeksi saluran kemih, ternyata hasilnya negatif. Lagi-lagi diberi obat mag dan penahan rasa sakit dan direkomendasikan untuk periksa ke dokter anak sub spesialis gastro.
Obat dari dokter anak inipun tak membawa hasil. Sudah dua malam ini tidur Aufa tak nyenyak sama sekali, karena rasa sakit yang sepertinya semakin sakit. Bingung, tak tahu lagi harus bagaimana untuk meringankan sakitnya.
Allah ... Allah ... Saya hanya bisa nyebut dalam hati sambil memeluk tubuh kecilnya tiap kali rasa sakit itu menyerang, berharap sakit itu tak lagi dirasakannya.
Esoknya, hari Jum'at 5 Oktober 2012, kami coba browsing di internet tentang rumah sakit di sekitar rumah kontrakan saya yang ada dokter anak sub spesialis gastro yang jaga pagi itu juga. Saya telpon satu-satu, mulai dari RSCM, Thamrin, RSI Cempaka Putih, Hermina Jatinegara, Klinik Fiducia di Otista (yang ternyata sekarang sudah jadi hotel), sampe MMC Kuningan. Dan Subhanallah, hari itu tidak ada satupun dokter anak sub spesialis gastro yang jaga. Allah ... tambah bingung. Sementara saya sudah tidak tega lagi melihat Aufa yang begitu kesakitan.

Pegangannya kenceng banget
"Aufa kangen Ayah..."

Atas rekomendasi dari tetangga sebelah rumah, dibawalah Aufa periksa ke St. Carolus. Katanya disana fasilitasnya lengkap. Kebetulan tetangga saya tadi juga bekerja di RS St. Carolus tersebut. Jadi dia yang mengurus pendaftarannya dan kami tinggal datang kesana.
Saat diperiksa, lagi-lagi dokternya belum bisa menemukan penyebabnya.
"Kemungkinan karena banyaknya faces dalam perut bu. Jadi kita keluarkan dulu facesnya, kalau masih sakit juga kita USG ya. Tapi ini harus di rawat inap supaya bisa diobservasi", begitu penjelasan dr. J. Edwin, dokter anak yang merawat Aufa.
Saya dan suami hanya bisa pasrah jika memang harus di opname. Apapun akan kami lakukan selama Aufa bisa sehat kembali.
Jadilah hari itu Jum'at, 5 Oktober 2012 Aufa Abdurrahman di rawat di rumah sakit.
Awal dari perjalanan dan perjuangan panjang yang tak pernah terlintas sedikitpun di benak kami .... Dan rasa sakit itu, ternyata belum seberapa jika dibandingkan dengan rasa sakit yang nantinya akan dirasakannya ...

1 comment:

rahmah said...

erni...sedih baca cerita aufa ini...mg qt semua shat sll ya..amin