Mimpiku ...

Menjadi apa adanya diriku ... Memberi yang terbaik dan terindah Tuk mereka yang tercinta

Monday, April 04, 2011

Pelajaran Ilmu Ikhlas ...

Ikhlas, memang sebuah kata yang implementasinya tak semudah pengucapannya.
Jadi inget, dulu pernah dapat tips salah satu cara untuk melatih diri agar ikhlas.
Jadi begini, ketika kita sedang puasa, kita beli makanan atau minuman yang paling kita ingini saat itu. Lalu saat menjelang berbuka, hidangkanlah makanan or minuman favorit kita tersebut di ruang tengah, ruang TV atau ruang tempat biasa untuk ngumpul di rumah itu.
Nah, saat sudah banyak orang yang ngumpul, dan sudah tiba saatnya berbuka, maka tawarkanlah makanan or minuman itu ke orang-orang yang sedang berkumpul. Biarkan mereka menyantapnya sampai habis. Sementara itu, kita harus berusaha sebisa mungkin untuk tidak memakan atau meminumnya meski sekedar mencicipinya.
Grrrrrhhhhh, kebayang kan rasanya ???
Kalau kita bisa melakukannya tanpa sedikitpun rasa kesel ataupun dongkol di hati, itu artinya kita lulus ujian ilmu ikhlas. Tapi kalo kita masih ada rasa sedih, kesel atau dongkol dalam hati, itu artinya kadar keikhlasan kita masih belum 100%.

Begitulah ...
Pelajaran ilmu ikhlas pula yang menjadi tema pada ramadhan tahun 2008 lalu (bagi saya khususnya).
Berawal dari rasa kesal dan jengkel akan sesuatu yang sebenarnya nggak ada hubungannya secara langsung terhadap diri saya. Dan sebenarnya lagi, saya nggak ada alasan untuk jadi kesal ataupun jengkel. Cuma ya karena saya manusia biasa, yang masih punya rasa, akhirnya jadilah saya kesel dan jengkel yang ga jelas juntrungannya.
Namun rasa jengkel dan kesal itupun mengantarkan saya pada satu kesadaran, bahwa segala sesuatu itu sudah ada takaran dan ukurannya.
Sepertinya selama ini saya terlalu memaksakan diri dan keadaaan agar sesuai dan searah dengan keinginan saya. Padahal dari pertanda-pertanda yang ada, sudah menyiratkan bahwa keinginan saya tersebut tidak sejalan dengan Blue Print yang telah Allah tetapkan bagi hidup saya. Tapi dasar sayanya ngeyel, saya pura-pura tidak tahu, nggak ngeh, terhadap sinyal-sinyal yang telah Allah kirimkan kepada saya tersebut. Ceritanya tuh menipu diri sendiri gitu.
Tapi lama kelamaan, capek juga menipu diri sendiri. Saya mulai merasa jenuh, jengah, lelah dengan segala keinginan saya yang begitu tinggi, dengan semua mimpi saya yang tak lagi membumi.
Dan puncaknya adalah sore itu. Ketika sebuah peristiwa kembali diperlihatkan Allah kepada saya. Kebenaran yang (agak) menyakitkan bagi saya, yang membuat saya kesal dan jengkel tak beralasan, tapi juga mampu menyadarkan saya atas ego saya selama ini. Bahwa semuanya tak seindah yang saya bayangkan.
Hffff .. Sudahlah Nen ... Ikhlaskan ...
Bujuk saya dalam hati.
Dan akhirnya sayapun pasrah.
Bismillah ... kupasrahkah inginku kepadaMu ya Rabb, biar luruh, lebur dalam ketetapanMu ...
Yup !!! saya telah mamutuskan. Maka sayapun harus me-reset cara berpikir dan cara pandang saya mengenai hakikat sebuah keinginan. Saya harus menelaah kembali ingin-ingin saya yang lain, merevisi atau bahkan men-delete keinginan yang tidak efektif, yang tidak sebanding antara energi yang dikeluarkan untuk mewujudkannya ataupun hanya sekedar untuk berharap, dengan peluang akan terwujudnya keinginan itu.
Bukanlah hal mudah untuk beranjak dari mimpi yang telah saya bangun beberapa masa terakhir ini. Tapi dengan keikhlasan, semua jadi terasa lebih ringan. Saya jadi lebih legawa, tidak terbebani dengan ego dan keinginan yang akan selalu menyesaki di sepanjang perjalanan hidup ini.
Saya kembali harus menginsyafi diri, bahwa yah ... tidak semua ingin harus terpenuhi. Tidak semua hal harus kita pahami maksudnya. Ada kalanya kita hanya harus menjalaninya. Karena akal kita begitu terbatas untuk dapat menyelami makna dari ketetapanNya yang begitu Agung.

Kini, jika menengok ke belakang, sungguh, saya akan mendapati dalam perjalanan hidup saya, sebuah skenario indah yang telah Allah goreskan untuk saya. Skenario yang bahkan tidak saya bayangkan sebelumnya. Rentetan peristiwa yang mengalir tanpa rekayasa. Rangkaian kebetulan yang saya yakin bukanlah kebetulan.
Mungkinkah ini buah dari keikhlasan saya tempo hari ?
Wallahu a’lam.

Dan lagi-lagi saya harus mengakui kebenaran akan hal ini, bahwa Allah selalu memberikan apa yang kita BUTUHKAN bukan apa yang kita INGINKAN

Subhanallah .....

No comments: